Kita berada di tengah-tengah sesuatu. Suatu krisis. Pandemi. Kita menjaga jarak fisik ("jarak sosial"). Kita berada dalam masa sela antara kehidupan seperti yang kita ketahui dan sesuatu yang berbeda.

Hal-hal menjadi berbeda setelah 9/11/2001 (peristiwa ditabraknya gedung WTC New York oleh sebuah pesawat yang dibajak teroris - Red.) dibandingkan pada 9/10/2001. Saya percaya "normal" akan berbeda setelah ini berlalu juga.

Sementara kita berada dalam masa sela, bagaimana jika Allah ingin mempersiapkan kita untuk sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang akan Dia lakukan? Bagaimana jika Allah akan melakukan sesuatu, dan kita dapat menggunakan masa-masa ini untuk bersiap untuk itu?

Lihat bagian ini dari Alkitab:

Yosua 1:1-3 (AYT): Setelah kematian Musa, hamba TUHAN itu, TUHAN berfirman kepada Yosua anak Nun, pelayan Musa, "Hamba-Ku Musa telah mati. Karena itu, sekarang bangkitlah, seberangilah Sungai Yordan ini, kamu dan seluruh umat ini, pergi ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada anak-anak Israel. Setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu akan Kuberikan kepadamu, seperti yang Kujanjikan kepada Musa."

Perhatikan kata: 'BANGKITLAH' & 'YANG AKAN'

Yosua memimpin sekelompok orang yang berada di antara dua tempat. Mereka tidak lagi berada di Mesir, dalam perbudakan. Namun, mereka belum berada di Kanaan, Tanah Perjanjian. Mereka berada di antaranya.

Pernahkah Anda merasa seperti Anda hidup dalam masa sela? Itulah keadaan kita sekarang .... Kita berada di antara pra-COVID-19 dan pasca-COVID-19. "Di antara" adalah ruang yang terletak di suatu tempat antara dua ekstrem atau kategori yang diakui.

Bagaimana jika Allah menggunakan masa-masa sela untuk mempersiapkan umat-Nya demi dampak dan tujuan yang lebih besar?

Adakah sesuatu yang akan berubah dalam hidup atau kepemimpinan Anda saat ini jika Anda mulai melihat masa sela ini sebagai ruang yang memisahkan tempat Allah telah membebaskan Anda dan tempat Allah mengembangkan Anda?

Allah tidak pernah menyia-nyiakan apa pun. Dia tidak menyia-nyiakan Firman atau Janji-Nya. Allah juga dikenal menggunakan hal-hal buruk demi kebaikan. Saya percaya ini berarti bahwa hidup di antara masa lalu dan janji tidak pernah menjadi rencana akhir Allah bagi kita.

Tetap berada di antara itu mungkin dilakukan. Hidup seolah-olah tidak ada yang berubah itu mungkin dijalani.

Bagaimana jika perasaan sangat merindukan "normal" sehingga Anda mengabaikan bahwa semuanya berbeda itu mungkin kita rasakan?

Saya tidak tahu persis bagaimana hal-hal akan berbeda bagi kita suatu bangsa atau budaya. Yang saya tahu adalah Allah mengarahkan saya menuju normal baru yang akan terlihat berbeda dari keadaan sebelumnya.

Mungkinkah Dia melakukan hal yang sama dengan Anda? Mungkinkah Allah sedang menarik orang kepada-Nya?

Bagaimana jika mungkin Allah akan menggunakan Gereja dengan cara yang hanya akan dialami oleh mereka yang bersedia melakukan hal-hal yang berbeda?

Sebelum Anda mendapatkan banyak ide tentang apa yang saya maksud, izinkan saya mengatakan ini: Ada beberapa hal yang tidak berubah: Allah dan tujuan-Nya. Dia masih baik dan Dia masih mengasihi orang-orang. Dia masih benar dan menginginkan kebenaran-Nya memengaruhi hidup kita.

Bagaimana Allah dapat menggunakan masa sela ini untuk mempertajam, memfokuskan kembali, atau bahkan mengarahkan kembali hidup dan kepemimpinan Anda?

Jika Anda terbuka untuk menggunakan masa sela ini untuk mempersiapkan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih baik, berikut ini adalah tiga praktik untuk mulai diterapkan:

Setelah Allah memerintahkan Yosua untuk BANGKIT untuk apa YANG AKAN Dia lakukan, Allah menempatkan segala sesuatunya ke dalam perspektif untuk Yosua.

Yosua 1:5-6 (AYT): "Tidak seorang pun akan tahan berdiri di hadapanmu sepanjang hidupmu. Seperti Aku menyertai Musa, demikian juga Aku akan menyertaimu. Aku tidak akan meninggalkanmu atau tidak akan mengabaikanmu. Jadilah kuat dan berani karena kamulah yang akan memimpin bangsa ini untuk memiliki tanah yang Aku janjikan kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka."

1. Ketika Tuhan AKAN BERTINDAK, sadarilah bahwa itu bukan hanya tentang Anda.

Kepada hal apakah Allah sedang mengarahkan Anda yang orang lain juga akan mendapatkan manfaatnya? Pada dasarnya, Allah mengatakan bahwa Tanah Perjanjian tidak pernah hanya untuk Anda. Apa pun yang dilakukan Allah dalam diri Anda, dalam beberapa hal adalah untuk orang lain juga.

Apakah Anda memercayainya?

Apakah Allah mempersiapkan Anda untuk sesuatu yang baru dan berbeda? Apakah Dia menciptakan "normal" baru dalam diri umat-Nya yang akan menjangkau jauh melampaui mereka -- seperti, "karena Allah begitu mengasihi DUNIA ini"?

Mungkin kedengarannya kasar, tetapi saya percaya bahwa kita akan kehilangan berkat yang lebih besar ketika kita hanya menyimpannya untuk diri kita sendiri. Allah tidak akan pernah membawa Anda ke Tanah Perjanjian jika Anda mengabaikan Dia dan orang lain di sepanjang perjalanan.

Berdasarkan perjalanan orang Israel, sangat mungkin bagi kita untuk tetap berada DI ANTARA sampai kita memiliki visi tentang bagaimana tanah perjanjian itu diperuntukkan bagi orang lain juga!

2. Ketika ALLAH AKAN BERTINDAK, ingatlah apa yang Dia katakan kepada Anda.

Allah begitu murah hati. Dia benar-benar berjanji untuk "tidak pernah meninggalkan kita atau mengabaikan kita." Janji yang sama yang Dia berikan kepada kita sejak dahulu, dijanjikan-Nya juga kepada Yosua.

Yosua 1:8-9 (AYT) "Kitab Taurat ini tidak boleh jauh dari mulutmu, tetapi kamu harus merenungkannya siang dan malam supaya kamu dapat sungguh-sungguh melakukan sesuai dengan semua yang tertulis di dalamnya. Dengan demikian, kamu akan membuat jalanmu berhasil dan kamu akan beruntung. Bukankah sudah Aku perintahkan kepadamu, jadilah kuat dan berani? Jangan takut atau gentar karena TUHAN, Allahmu, menyertaimu ke mana pun kamu pergi."

Yosua bisa saja mendasarkan kondisinya pada apa yang dia rasakan atau pada Firman Tuhan dan Hadirat-Nya. Seperti kita, Yosua pun memiliki alasan untuk merasa takut dan putus asa.

Yosua memimpin umat menuju perang, bukan mendaki. Yosua bisa jadi takut bilamana alih-alih melawan musuh yang mendekat, umat justru saling bertikai; itu tidak akan menjadi yang pertama kalinya.

Yosua bisa saja takut ... bahwa dia tidak cakap. Atau, dia takut kalau-kalau diperlukan waktu 40 tahun lagi sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian. Atau, dia takut umat akan berpaling dari Allah lagi seperti yang terjadi pada masa lalu.

Apa yang mencengkeram hati Anda yang perlu diingatkan tentang apa yang Allah katakan dan di mana posisi-Nya?

Pada saat krisis, kita memiliki pilihan untuk mendasarkan kondisi kita pada:

  1. Apa yang Allah telah katakan (perintahkan).
  2. Di mana posisi Allah (bersama Anda).

Atau, pada ketakutan.

Tanyakan kepada seorang anak: "Pernahkah kamu merasa benar-benar takut? Apakah kamu pernah lari kepada teman atau orang tua yang lebih besar dan lebih kuat? Kalau ya, mengapa?"

Kehadiran orang dewasa meredakan kekhawatiran kita. Kata-kata orang dewasa menghibur kekhawatiran kita.

Ketakutan ditenangkan ketika Pribadi yang Lebih Besar ada bersama Anda.

Seperti halnya Yosua, Allah ingin kita mengingat dua hal: perintah-Nya dan Hadirat-Nya.

3. Ketika Tuhan AKAN BERTINDAK, putuskan apa yang akan Anda lakukan.

Yosua sudah merasa cukup dengan berada di antara. Dia siap untuk melanjutkan.

Yosua 1:10-11 (TB) Kemudian, Yosua memerintahkan para pemimpin umat, katanya, "Pergilah ke seluruh perkemahan dan perintahkanlah kepada umat itu, Siapkanlah bekal bagimu karena dalam tiga hari kamu akan menyeberangi Sungai Yordan untuk masuk menguasai tanah yang TUHAN, Allahmu, berikan kepadamu untuk kamu miliki."

Yosua telah mengambil keputusan. Keputusannya memengaruhi tindakannya. Gerakan membutuhkan keputusan. Keputusan Yosua menentukan janji-janji yang akan Dia alami. Yosua memutuskan untuk bermitra dengan Allah.

Yosua mengizinkan Allah menggunakan masa sela antara masa lalu dan janji yang ada.

Maukah Anda? (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Church Leaders
Alamat situs : https://churchleaders.com/pastors/pastor-articles/398979-leading-out-of-the-in-between-3-factors-to-consider-when-preparing-for-the-future.html
Judul asli artikel : 3 Factors for Leading Into The Future — Beyond COVID
Penulis artikel : Evan Doyle