Lock down. Istilah ini mulai sering terdengar menyusul perkembangan penyebaran virus Corona yang semakin mengkhawatirkan akhir-akhir ini. Banyak orang yang khawatir, Indonesia juga akan memberlakukan lock down, protokol emergency untuk membatasi pergerakan manusia, seperti yang telah terjadi di beberapa negara yang terjangkit virus ini.

Virus Corona, atau istilah kedokterannya COVID-19 (Corona Virus Disease 19), pertama kali terdeteksi di Wuhan, Cina, pada bulan Desember 2019. Sampai kini, belum ada penjelasan yang pasti tentang asal mula virus tersebut. Namun salah satu dugaan kuat mengatakan bahwa virus ini menjangkiti manusia melalui hewan-hewan yang dijual bebas di pasar Wuhan. Hingga saat ini, sudah 174.772 orang terinfeksi dan 6.686 orang meninggal dunia (16/3, data diambil di sini). Karena penyebarannya yang begitu masif, WHO menyatakan wabah ini sebagai pandemi.

Pandemi ini disikapi beragam di antara orang-orang Kristen. Ada yang takut, namun ada pula yang terlalu “percaya diri” seolah-olah dengan menjadi orang Kristen, mereka kebal terhadap virus ini.

Bagaimana kita harus menyikapi keadaan ini? Berikut ada 5 kebenaran Alkitab yang bisa kita renungkan.

1. Manusia diingatkan akan keterbatasannya.

Penyebaran virus tersebut sangat memukul dunia, tidak hanya Cina. Apa yang telah dicapai umat manusia memang sudah begitu majunya. Tetapi, tetap saja dibuat pusing dengan “benda” yang ukurannya super kecil.

Peristiwa ini kembali mengingatkan keterbatasan kita sebagai manusia. Jika dibandingkan dengan keagungan Allah yang tampak dari ciptaan-Nya di alam semesta ini, apalah arti manusia? (Mzm. 8:4-5).

"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mzm. 8:4-5)

2. Wabah ini belum tentu merupakan tanda akhir zaman.

Tidak sedikit orang Kristen yang berpikir bahwa wabah virus Corona ini merupakan pertanda bahwa akhir zaman akan segera tiba. Mereka biasanya mengutip ayat berikut:

Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi. (Why. 6:8)

Faktanya, virus ini sebenarnya tidak terlalu mematikan, sehingga kurang tepat jika mau dikaitkan dengan malapetaka yang tertulis dalam Alkitab. Dari antara para penderita, tingkat kesembuhan dari virus ini mencapai 80%.

Fakta lainnya lagi, dunia sudah berulang kali mengalami pandemi seperti ini. Misalnya, The Black Death (terjadi tahun 1346-1353). Wabah penyakit pes ini melanda Eropa, Asia, dan Afrika. Diperkirakan, sekitar 75-200 juta orang meninggal dunia.

Jadi, jangan selalu mengaitkan kejadian seperti ini sebagai “tanda-tanda kiamat.” Alkitab sendiri menyatakan bahwa hari Tuhan akan datang seperti pencuri (1Tes. 5:22Ptr. 3:10). Tiba-tiba saja, tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya. Tentang hal ini, Tuhan Yesus juga pernah mengatakannya dalam Mat. 24:36.

“Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.” (Mat. 24:36)

"... Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” (Mat. 24:37-44)

3. Anak-anak Tuhan tidak otomatis dijauhkan dari penyakit dan malapetaka.

Menyikapi wabah ini, sebagian orang Kristen bersikap “terlalu percaya diri.” Misalnya, mereka mengutip Mzm. 91:3, “Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.” Bagi mereka, ayat ini merupakan janji Tuhan sehingga anak-anak-Nya tidak akan terjangkit virus Corona. Benarkah demikian?

Kalau kita meneliti Alkitab, maka kita akan menjumpai banyak tokoh iman di dalamnya yang justru bernasib “tragis.” Ayub, seorang yang saleh namun mendapat kemalangan yang tiba-tiba. Yohanes Pembaptis, seorang yang luar biasa pelayanannya namun mati dipenggal. Bahkan Tuhan Yesus sendiri, Anak Allah, mengalami proses kematian yang begitu mengerikan.

Mengapa bisa begitu? Sesungguhnya, Allah tidak pernah menjanjikan kepada kita untuk selalu dijauhkan dari masalah. Yang Allah janjikan adalah hidup kekal dan penyertaan-Nya melewati berbagai permasalahan hidup. Seberapapun besar permasalahan yang kita hadapi, kasih setia-Nya tidak akan pernah lepas dari hidup kita.

"31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? 32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? 33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? 34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? 35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? 36 Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” 37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. 38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Rm. 8:31-39)

4. Allah tetap bekerja di dalam masa-masa tergelap manusia sekalipun.

Alkitab berulang kali memaparkan masa-masa yang sangat gelap yang dialami oleh bangsa Israel. Mereka pernah ditindas di Mesir selama kurang lebih 430 tahun. Mereka pernah ditindas oleh bangsa-bangsa di sekitar Kanaan waktu zaman hakim-hakim. Juga, bangsa Israel pernah mengalami pembuangan di Babel. Tetapi di dalam peristiwa itu semua, Allah tetap memedulikan mereka. Mereka selalu mendapat kelepasan yang datang dari Allah.

Jadi, jangan pernah berpikir ada masa-masa yang begitu gelap sehingga Allah tidak mungkin bekerja di dalamnya. Bahkan dalam peristiwa yang paling gelap sekali pun, yaitu penyaliban Kristus, Allah ternyata menggunakannya untuk menggenapi rencana-Nya.

Inilah yang menjadi penghiburan kita bahwa Allah pun pasti sedang bekerja saat ini. Dia akan menguatkan umat-Nya untuk melewati masa-masa sulit ini, dan mengubahnya menjadi kebaikan.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rm. 8:28)

5. Di tengah kesulitan seperti apa pun, kita harus tetap mengasihi Tuhan dan sesama.

Jangan biarkan keadaan yang sulit ini mengaburkan identitas kita sebagai garam dan terang dunia. Walaupun caranya mungkin akan berbeda, namun kita harus tetap menjalankan perintah-perintah Tuhan.

Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Luk. 10:27)

Marilah kita menjadi anak Tuhan yang berhikmat dalam menghadapi situasi ini. Jangan asal percaya dengan pernyataan-pernyataan yang terlihat “alkitabiah.” Jangan asal share berita negatif. Jangan memanfaatkan kesempatan di atas penderitaan orang lain. Berperan aktiflah dalam memperhatikan orang-orang di sekitar kita.

Diambil dari: