2 MEI, 2020 |

Pada tanggal 13 April saya masuk karantina diri dengan bergalon-galon air botolan, persediaan kertas toilet selama satu tahun, dan pernyataan misi seperti-John Piper: Jangan sia-siakan masa karantina Anda.

Saya akan menggunakan waktu isolasi dan kesendirian ini untuk bertumbuh dalam kesalehan dan pengetahuan tentang Allah. Daripada menganggap lockdown sebagai gangguan kehidupan sehari-hari, saya akan menganggapnya sebagai retret dari gangguan dunia dan menggunakan waktu untuk mengembangkan kebiasaan anugerah (menikmati Tuhan melalui disiplin rohani - Red.) yang baru. Pandemi itu akan menjadi periode produktivitas spiritual yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dan kemudian, sebulan kemudian, saya melihat berita utama di situs satire The Onion yang meringkas pengalaman saya yang sebenarnya: "Manusia Tidak Yakin Mengapa Dia Berpikir Situasi Psikologis Paling Memaksa dalam Hidupnya Akan Menjadi Hal yang Membuatnya Produktif."

Lelah, Tapi Juga Malas

Pandemi itu jelas telah merenggut jiwa saya, dan jiwa saya perlu beristirahat di dalam Allah (Mzm.62:1). Akan tetapi, kemudian saya membaca Amsal 19:15 - “Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan jiwa yang lamban akan menderita kelaparan” (AYT) — dan bertanya-tanya apakah masalah saya bukan hanya kelelahan jiwa tetapi juga ketidakberdayaan rohani. Mungkin pandemi itu mengungkapkan bagaimana motivasi dan tekad saya telah menjadi stagnan. Apakah saya menjadi terlalu malas untuk melakukan pekerjaan pembinaan rohani?

Pengudusan adalah pekerjaan kooperatif yang melibatkan baik Roh maupun individu Kristen. Tidak seperti regenerasi, kita memiliki peran aktif untuk dimainkan dalam prosesnya. Meskipun pembentukan rohani kita berakar dan bergantung pada anugerah Allah, kita diharapkan untuk mengembangkannya melalui penanaman kebajikan dan praktik-praktik seperti pengetahuan, pengendalian diri, dan kesalehan (2 Pet.1:3-5).

Setiap tindakan adalah langkah maju atau mundur di jalan menuju dikuduskan. Jika kita tidak melakukan upaya, kita tidak akan membuat banyak kemajuan dalam pengudusan. Akan tetapi, bahkan ketika kita mengakui kebenaran ini, kita sering menemukan bahwa kita telah menjadi pemalas rohani, terlalu malas untuk mengambil makanan harian dari Firman Tuhan.

Kita dapat mengubah pola kemalasan ini dengan mengembangkan kebiasaan yang bajik seperti membaca Alkitab setiap hari, belajar, dan menghafal. Namun, kadang-kadang kita menemukan tekad kita telah menjadi sangat berhenti berkembang karena kurang digunakan sehingga kita tidak lagi cukup disiplin untuk mengembangkan kebiasaan seperti itu.

Kebiasaan Kecil untuk Efektivitas Maksimal

Untungnya, ada metode yang mudah diterapkan untuk membawa kita kembali ke jalan yang benar — penanaman kebiasaan kecil. "Kebiasaan kecil," seperti dijelaskan Stephen Guise, adalah "perilaku positif yang sangat kecil yang Anda paksakan untuk dilakukan setiap hari; sifatnya 'terlalu kecil/mudah untuk menjadi gagal' membuatnya tidak membebani, sangat besar pengaruhnya, dan strategi membangun kebiasaan yang unggul."

Berikut, misalnya, adalah beberapa contoh kebiasaan kecil yang dapat kita kembangkan untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang Allah dan Firman-Nya:

  1. Luangkan satu menit setiap hari meminta Allah untuk menambah pengetahuan Anda tentang Firman-Nya.
  2. Baca satu paragraf Alkitab.
  3. Luangkan waktu tiga menit merenungkan satu ayat Alkitab.
  4. Baca satu entri dari kamus Alkitab
  5. Pelajari peta Alkitab selama lima menit.
  6. Bacalah beberapa halaman dari teks teologi yang sistematis atau alkitabiah.
  7. Hafalkan beberapa kata dari sebuah ayat Alkitab.
  8. Baca renungan harian.

Kebiasaan Kecil Kesalehan

Dan, berikut ini juga contoh kebiasaan kecil yang dapat membantu kita mengembangkan praktik kesalehan:

Luangkan satu menit pada waktu yang ditentukan setiap hari meminta Allah untuk meningkatkan rasa menghargai dan hormat Anda kepada-Nya.
Hafalkan dan renungkan 1 Timotius 4:8: “Latihan jasmani terbatas gunanya, tetapi kesalehan berguna dalam segala hal karena mengandung janji untuk kehidupan sekarang dan juga kehidupan yang akan datang.”
Kembangkan kebiasaan untuk merenungkan harga yang dibayar Yesus untuk keselamatan kita dengan merenungkan penyaliban-Nya. (Seperti yang dikatakan oleh Puritan John Bunyan, “Pandangan yang benar tentang Dia, ketika Dia digantung di sana untuk dosa-dosa Anda, akan melarutkan hati Anda menjadi air mata, dan membuatnya menjadi lembut dan sabar.”)
Buatlah daftar tujuh karakteristik dari sifat Allah. Sekali sehari selama seminggu, gunakan waktu untuk memikirkan apa arti bagian dari karakter-Nya dan bagaimana atribut itu memengaruhi respons Anda kepada-Nya.
Baca artikel atau tonton video daring pendek tentang makhluk atau fenomena menarik di alam. Gunakan itu untuk merefleksikan kreativitas Tuhan dan untuk meningkatkan keinginan Anda untuk menyembah Sang Pencipta.

Apa yang membuat kebiasaan kecil itu efektif adalah mereka begitu kecil sehingga tidak perlu banyak motivasi untuk memulainya — dan memulai sering kali merupakan bagian tersulit dalam menyelesaikan tugas. Setelah Anda berkomitmen, misalnya, untuk membaca paragraf Alkitab sehari, Anda akan mendapati bahwa membaca beberapa paragraf lagi tidak memerlukan banyak usaha ekstra. Akhirnya, melalui "ekstra" ini ditambahkan ke kebiasaan kecil Anda, Anda akan merasa mudah untuk beralih ke kebiasaan pembentukan spiritual yang lebih kuat.

Dengan membiasakan diri untuk memperdalam rasa hormat dan kekaguman kita akan Tuhan dan Firman-Nya, kita akan menjadi lebih cenderung untuk menjalani kehidupan yang saleh, baik sekarang maupun di masa depan. Meskipun itu adalah langkah-langkah kecil, penggunaan kebiasaan kecil dapat membantu memastikan bahwa ketika kita melihat kembali pada masa hidup kita ini, kita tidak perlu mengatakan kita menyia-nyiakan masa karantina kita. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari: