Eksposisi reguler dari kitab-kitab dalam Alkitab membahas berbagai kebutuhan dan pengalaman yang dihadapi jemaat. Dengan membaca kitab-kitab yang diilhami Roh dari tahun ke tahun, para pendeta membahas masalah-masalah umum dan tidak umum yang ditemukan di antara orang-orang yang duduk di hadapan mereka.
Dan, terkadang hal luar biasa terjadi. Hari Minggu setelah peristiwa 9/11 (peristiwa serangan pada World Trade Center di New York, AS - Red), ketika mengunjungi anak laki-laki saya di kampusnya, kami menghadiri Gereja Baptist Church di Durham, Carolina Utara. Pastor Andy Davis menguraikan Mazmur 46. Khotbahnya mengajak perhatian kita terpusat pada kekuasaan Allah dan kota kekal yang tidak pernah dapat dihancurkan. Minggu berikutnya, Davis kembali ke seri eksposisi regulernya. Sifat dari peristiwa 9/11 yang tidak biasa menuntut adanya sebuah perubahan untuk mengarah kepada hati yang takut kepada Tuhan.
Secara global, sesuatu yang menghancurkan bumi sebagian besar terjadi setiap minggu. Negara-negara mengobarkan perang saudara, tsunami menyapu ribuan orang, topan menghancurkan garis pantai, tornado mengaduk mengakibatkan kehancuran, banjir menghanyutkan masyarakat, teroris mengebom warga sipil, gempa bumi menghancurkan kota-kota, kerusuhan meledak karena ketidakadilan, dan penyakit melanda negara-negara. Haruskah pendeta menangani masalah-masalah ini ketika hal-hal itu mengganggu keseimbangan masyarakat?
Ini adalah pertanyaan yang tepat waktunya sehubungan dengan pandemi global ini.
Prinsip-prinsip Panduan
Tujuan seorang pendeta dalam khotbah setiap minggu harusnya memberitahukan peristiwa-peristiwa khusus itu jika adalah bijaksana untuk membicarakan suatu peristiwa budaya yang besar. Tujuan apa yang harusnya membimbing pelayanan mimbar reguler? John Stott, misalnya, mengusulkan: "Tanggung jawab utama pendeta yang 'merawat' domba-dombanya adalah 'memberi makan' kepada mereka."
Berikut adalah tiga prinsip panduan untuk memberi makan dari mimbar di semua musim.
1. Mengkhotbahkan seluruh dimensi pewahyuan alkitabiah.
Setiap topik yang perlu akan dibahas saat para pendeta menjelaskan genre-genre Alkitab selama bertahun-tahun. Pendekatan ini memaksa pendeta untuk mengatasi masalah yang mungkin dia hindari jika berkhotbah secara topikal.
2. Eksposisi secara berturut-turut mengajarkan kepada jemaat bagaimana membaca dan menafsirkan Alkitab.
Eksposisi memperagakan hermeneutika yang baik. Gereja adalah laboratorium untuk penafsiran alkitabiah saat para anggota mengikuti Alkitab mereka dari satu bagian ke bagian lain.
3. Eksposisi secara berturut-turut membangun kerangka kerja teologis alkitabiah sehingga jemaat belajar untuk menerapkan Alkitab dengan benar ke semua kehidupan.
Tim Keller menegaskan, "Inti dari khotbah bukan hanya untuk menguraikan doktrin, tetapi untuk membuat doktrin ini nyata bagi hati dan karenanya mengubah hidup secara permanen."
Pendekatan ini memahami pendapat para penulis, tema, kekhasan, dan keunikan Alkitab, sehingga jemaat belajar untuk membedakan Kejadian dari Yohanes, Roma dari 1 Petrus, 2 Samuel dari Kisah Para Rasul. Mereka belajar ke mana harus membuka Alkitab ketika berurusan dengan keseluruhan masalah yang bersifat endemik.
Ketika Hidup Menjadi Lebih Sulit Secara Luas
Gangguan terjadi. Seorang anggota gereja yang terkasih meninggal secara tragis, badai menghancurkan komunitas, krisis mempengaruhi tatanan sosial nasional, pandemi global melanda. Krisis-krisis ini dan yang lainnya mungkin merupakan saat-saat yang tepat untuk berhenti sejenak dari seri paparan reguler untuk menyampaikan Firman Tuhan sesuai dengan kebutuhan saat itu. Akan tetapi, sebelum bergegas untuk mengubah seri eksposisi, tanyakan hal-hal berikut:
Apakah saya menetapkan preseden untuk menginterupsi seri eksposisi yang terjadwal karena reaksi publik terhadap peristiwa baru-baru ini? Para pendeta perlu mengukur seberapa sering menyimpang dari pembelajaran Alkitab yang teratur untuk menangani peristiwa budaya atau sosial. Apakah pendeta siap untuk mengatasinya, atau apakah ia hanya mengikuti pokok pembicaraan media sosial yang populer? Mengingat siklus berita 24 jam, apakah jemaat akan merasakan bahwa berita terbaru dan bukan alur cerita Alkitab yang mengendalikan mimbar? Gangguan haruslah sangat tidak biasa, dengan menaruh nilai lebih besar pada eksposisi mingguan melalui Firman.
Apakah saya menghabiskan lebih banyak waktu untuk meneliti peristiwa budaya atau fenomena daripada mempelajari teks Alkitab? Kita hidup di tengah banyaknya informasi -- idak semuanya baik atau akurat. Memilah-milah tumpukan materi tentang peristiwa apa pun dapat menghabiskan persiapan pendeta. Apakah ia akan menawarkan bantuan dari Firman Tuhan atau hanya melampirkan beberapa ayat Alkitab dan beberapa kutipan teologis untuk diskusi tanpa akhir dari peristiwa yang hanya sebentar saja ramai diberitakan? Yang terakhir mungkin membuat pengikut media sosial terkesan, tetapi itu tidak akan bermanfaat untuk gereja.
Apakah peristiwa-peristiwa yang terjadi terus-menerus memengaruhi jemaat sedemikian rupa sehingga mereka bergumul dengan ketekunan, pengharapan, dan sukacita dalam perjalanan harian mereka dengan Kristus? Pada kesempatan-kesempatan seperti itu, pendeta mungkin perlu menghentikan seri eksposisinya dan mengkhotbahkan satu atau dua pesan untuk mengubah jemaat ke arah kecukupan Alkitab dan kesetiaan Allah. Misalnya, satu atau dua khotbah yang membahas bagaimana kita tidak hidup dalam ketakutan selama pandemi COVID-19 dapat melayani jemaat dengan baik. Khotbah seperti itu akan bervariasi sesuai dengan komunitas dan jemaat, dan penyebaran virus yang terlokalisasi. Seorang pendeta di New Jersey mungkin lebih cenderung untuk mengatasi masalah ini lebih daripada seorang pendeta di Dakota Utara. Namun, dalam kerangka seri paparan reguler, mungkin ada banyak peluang untuk mengajukan aplikasi pada krisis saat ini tanpa meninggalkan seri eksposisi.
Menyimpang, Tetapi Tidak Lama
Apakah diperbolehkan bagi seorang pendeta untuk meninggalkan khotbah eksposisi regulernya untuk mengatasi krisis? Tentu saja, karena dia menganggap perlu mendorong jemaatnya untuk mempercayai Tuhan. Akan tetapi, dia akan menghilangkan rasa takut, meningkatkan kepercayaan, dan mendorong harapan dengan kembali sesegera mungkin ke eksposisi alkitabiah yang teratur. Eksposisi mingguan memasok nutrisi yang menumbuhkan iman dan membuat jemaat semakin dewasa.
Kontinuitas eksposisi di tengah masa yang kacau mempromosikan ketekunan dan kesetiaan yang stabil. Seperti yang dikatakan seorang penatua kepada seorang teman pendeta, "Saya senang Anda berkhotbah melalui Markus lagi sehingga kami tidak membaca Alkitab dalam terang COVID-19, tetapi menafsirkan keadaan kami saat ini dalam terang Alkitab." (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
URL | : | https://www.thegospelcoalition.org/article/preach-during-crisis/ |
Judul asli artikel | : | What Should We Preach During a Crisis? |
Penulis artikel | : | Phil A. Newton |