Pendeta dan orang lain dapat memimpin jemaat mereka melalui keragu-raguan vaksin.
Sudah lebih dari setahun sejak pandemi dimulai. Selama waktu itu, banyak gereja telah bangkit menghadapi tantangan zaman kita dengan cara yang luar biasa. Di seluruh dunia, gereja-gereja telah merawat mereka yang menderita, bekerja untuk memelihara hubungan dalam komunitas, dan menawarkan panduan tentang cara menavigasi masa lockdown dan pembatasan yang membingungkan. Semua hal ini dilakukan sambil membuat perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pertemuan mereka sendiri menuju ibadah daring. Meskipun bisa hilang dalam berita utama, banyak pendeta telah memimpin dengan baik selama masa-masa yang luar biasa.
Jadi, ketika kita mulai melihat cahaya di ujung terowongan pandemi ini, satu tantangan signifikan tetap ada: vaksinasi COVID-19.
Sebuah cerita AP baru-baru ini mengidentifikasi kaum injili sebagai sumber skeptisisme vaksin yang signifikan di Amerika Serikat. Penulis mencatat skeptisisme yang dimiliki banyak kaum injili mengenai vaksinasi COVID-19. Cerita tersebut menjelaskan bagaimana Presiden Southern Baptist Convention, J.D. Greear, mengunggah foto saat mendapatkan vaksin, mengumpulkan lebih dari 1.000 komentar mulai dari dukungan hingga ketidaksetujuan besar. Beberapa menuduh Greear terlibat dalam propaganda pemerintah. Ketika saya mengunggah foto vaksinasi saya sendiri, sejumlah kebodohan yang dikarenakan kurangnya informasi memenuhi kolom komentar saya.
Tantangan yang kita hadapi dalam beberapa bulan mendatang adalah bahwa keraguan terhadap vaksin sangat kuat. Sementara saya menjawab tantangan ini di USAToday dengan mendorong kaum injili untuk "mendapatkan fakta-fakta tentang vaksinasi," saya percaya para pendeta dan pemimpin gereja memiliki peranan penting untuk dimainkan.
"Keraguan tentang vaksin" sebenarnya adalah istilah yang mengacu pada "sikap menunda atau menolak vaksin meskipun tersedia karena orang mungkin percaya bahwa vaksin mungkin tidak diperlukan, tidak efektif, atau tidak aman." Menurut The Pharmaceutical Journal, ada sejumlah alasan keraguan tentang vaksin [1]:
[GAMBAR: https://www-images.christianitytoday.com/images/123508.png]
Lebih spesifik terkait vaksin COVID-19, berikut beberapa alasan keraguan vaksin lainnya[1]:
[GAMBAR: https://www-images.christianitytoday.com/images/123509.png]
Saya dapat memahami beberapa kekhawatiran seputar keraguan vaksin di atas. Dan, saya tidak akan pernah ingin mempermalukan orang yang memiliki kekhawatiran yang sah. Namun, ada beberapa kekhawatiran, seperti teori konspirasi yang menyatakan bahwa vaksin tersebut mengandung microchip yang membawa tanda sang binatang, yang saya yakini mengungkapkan kebodohan orang dan betapa mudahnya mereka tertipu, terutama kaum injili.
Beralih kemudian ke bagaimana pendeta dan pemimpin gereja dapat secara efektif menjawab kekhawatiran ini atau melawan konspirasi ini, saya ingin menawarkan tiga bidang nasihat praktis.
Berikut adalah tiga cara Anda dapat memimpin orang lain menuju jalan keluar untuk mengakhiri pandemi ini.
1. Memimpinlah dengan tindakan Anda.
Cara paling sederhana, tetapi mungkin paling mendalam untuk memimpin adalah melalui teladan. Saya akan mendorong para pemimpin gereja untuk memimpin dengan mendapatkan vaksin.
Menurut Yale Health, ada dua pengecualian untuk orang yang tidak divaksinasi. Pertama, "orang dengan reaksi alergi parah (anafilaksis) terhadap komponen apa pun dari vaksin COVID-19 TIDAK boleh menerima vaksin." Kedua, "orang dengan reaksi alergi parah (anafilaksis) harus berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mereka untuk menilai risiko sebelum menerima vaksin COVID-19."
Dengan berlalunya hari, kita mendapatkan lebih banyak data tentang keamanan dan kemanjuran vaksin. Bandingkan ini dengan virus yang telah membunuh lebih dari setengah juta orang di Amerika Serikat dan jutaan lainnya di seluruh dunia.
Resapi fakta itu ... setengah juta orang.
Mengingat bukti yang jelas bahwa vaksin mengurangi jumlah orang yang meninggal karena COVID-19, para pemimpin yang baik akan memimpin dengan memberi contoh. Dalam hal ini, saya akan mendorong Anda untuk membagikan foto Anda saat sedang mendapatkan vaksinasi. Bahkan, saya akan meminta agar ketika Anda mengunggah foto tersebut, Anda mendorong orang lain untuk mendapatkannya juga. Menurut Dr. Jay Butler, cara lain yang dapat Anda lakukan adalah dengan bekerja sama dengan departemen kesehatan setempat atau negara bagian untuk melihat apakah gereja Anda dapat digunakan sebagai tempat vaksinasi.
Saya tahu apa yang Anda pikirkan. Anda mungkin berkata, "Ed, bagus sekali Anda mendapatkan vaksin dan mengunggah cuitan di Twitter mengenai hal itu, tetapi jika saya melakukannya, orang-orang akan marah kepada saya."
Itu benar. Bagi banyak orang, mendapatkan vaksin tidak akan menjadi kontroversi bagi gereja mereka, sedangkan bagi orang lain, itu bisa memicu konflik di bangku gereja. Namun, inilah yang dilakukan para pemimpin. Mengenai isu-isu penting, ketika hidup dan mati adalah taruhannya, kita perlu berbicara dengan jelas dan yakin saat kita bertindak sebagai teladan bagi jemaat kita. Mengenai hal ini, seperti halnya banyak masalah lain saat ini, kita tidak boleh takut dengan mereka yang disesatkan oleh media sosial atau berita-berita dari TV berlangganan.
Saya percaya para pendeta dan pemimpin gereja harus memimpin dan lebih peduli tentang komunitas daripada beberapa orang yang lantang bersuara di media sosial.
2. Memimpinlah dengan informasi dan hal lainnya yang diketahui dan dipercaya orang.
Sebagai bagian dari kampanye untuk meningkatkan tingkat vaksinasi, NBC menayangkan "Roll Up Your Sleeves" (Singsingkan Lenganmu) pada Minggu, 18 April. Selama acara khusus berdurasi 1 jam tersebut, Presiden Biden bersama dengan para selebritas seperti Russell Wilson, Jennifer Hudson, dan Matthew McConaughey berusaha menghilangkan kekhawatiran seputar vaksin. Saya mengangkat ini karena, melalui acara ini, para pemimpin kita berusaha untuk memanfaatkan modal simbolis kaum selebriti guna membawa kepercayaan kepada bangsa untuk divaksinasi.
Saya tidak berharap orang-orang yang saya sebutkan akan memiliki dampak yang signifikan terhadap kaum injili. Namun, saya berharap ada orang-orang dalam jemaat Anda -- para penatua, diaken, dokter, dan ilmuwan -- yang lebih dipercaya lagi oleh para anggota jemaat Anda. Menyediakan ruang bagi mereka yang memiliki keahlian dalam bidang kesehatan masyarakat dan memiliki reputasi baik dalam komunitas Anda dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengatasi natur vaksin yang abstrak dan membingungkan.
Memimpinlah dengan mendorong orang untuk mendorong orang lain agar divaksinasi. Ada orang-orang di gereja Anda yang telah disesatkan oleh argumen daring dan Anda -- dengan bantuan suara-suara tepercaya -- perlu memimpin mereka sekarang.
3. Memimpinlah karena itu kewajiban Anda.
Hari ini, kita memiliki kesempatan untuk membantu memimpin gereja untuk berkontribusi pada perkembangan dunia melalui advokasi untuk vaksinasi. Terlepas dari kesalahpahaman lama bahwa sains dan iman bertentangan secara diametral, ini bukan pertama kalinya gereja dapat digunakan untuk mengadvokasi inokulasi. Misalnya, pada awal abad ke-18, pendeta (seperti Increase Mather dan putranya, Cotton) menganjurkan imunisasi untuk cacar dan penyakit menular lainnya. Meskipun ada yang menyerang sains baru, ada juga yang melihat sains sebagai kesempatan untuk lebih memahami Allah serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam amanat penciptaan demi kemajuan dunia.
Memimpinlah Sekarang
Pendeta dan pemimpin gereja harus mengambil warisan teologis ini untuk memimpin jemaat kita ketika mereka merasa tidak yakin, salah informasi, atau takut.
Anda mungkin bertanya, "Mengapa saya harus membantu memimpin tindakan?" Karena Anda peduli terhadap orang-orang.
Anda peduli tentang perlindungan terhadap kehidupan. Anda percaya pada anugerah umum dan bahwa umat manusia -- diciptakan dalam imago Dei (rupa Allah) -- telah dikaruniai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang dapat digunakan untuk kebaikan. Karena risiko dari diimunisasi jauh lebih kecil daripada tidak diimunisasi. Karena Anda memiliki akses pada sesuatu yang diharapkan oleh orang lain (termasuk orang Kristen) di seluruh dunia.
Namun, kepemimpinan tidak sama dengan memaksakan keseragaman. Anda tidak menekan atau mempermalukan orang untuk mendapatkan vaksin. Anda hanya memimpin mereka melalui keteladanan dan memberi tahu mereka karena Anda percaya itu adalah untuk kebaikan mereka dan juga kebaikan orang lain.
Ya, ini adalah masalah yang hangat diperdebatkan.
Dengan mengambil sikap, Anda akan membuat marah beberapa orang, tetapi itulah yang dilakukan para pemimpin.
Namun, mereka yang akan marah kepada Anda mengambil sikap -- secara agresif. Mereka yang menyebarkan informasi yang salah berbicara dengan tegas, sementara mereka sering mengatakan bahwa Anda harus menghindari masalah ini. Mereka memimpin, dan ada konsekuensi jika mereka adalah suara paling keras di gereja Anda.
Semoga keragu-raguan kita memberi jalan kepada advokasi, dan dengan berbuat demikian, semoga gereja dilihat sebagai "mendukung" sesuatu, daripada "melawan" sesuatu.
[1] Sudaxshina Murdan, Nusayba Ali & Diane Ashiru-Oredope, "How to address vaccine hesitancy," dalam The Pharmaceutical Journal. https://pharmaceutical-journal.com/article/ld/how-to-address-vaccine-hesitancy.
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Christianity Today |
Alamat situs | : | https://www.christianitytoday.com/edstetzer/2021/may/light-at-end-of-tunnel-how-church-leaders-can-help-end-pand.html |
Judul asli artikel | : | How Church Leaders Can Help End the Pandemic |
Penulis artikel | : | Ed Stetzer |