Seperti gempa bumi, virus corona mengguncang pijakan kita. Hal-hal yang kita anggap dapat diandalkan (makan bersama dengan teman-teman, upacara kelulusan, musim pertandingan Bisbol Liga Utama) telah dibatalkan atau ditunda.
Kita melakukan beberapa hal yang tidak dapat kita bayangkan (mencuci kemasan pada belanjaan yang kita bawa pulang, berdiri sejauh 2 meter dari teman-teman), dan kita tidak melakukan banyak hal yang kita harap dapat selalu dilakukan (berkumpul secara langsung untuk ibadah di gereja, mengunjungi nenek kita, pergi bekerja). Akun pensiun yang semula melonjak kini anjlok. Tidak ada lagi pekerjaan tetap. Ruang pendidikan telah bergeser ke rumah. Orang yang kita kasihi harus dirawat di rumah sakit, dan beberapa di antaranya meninggal.
Gempa bumi adalah sesuatu yang menakutkan dan berbahaya karena sanggup mengguncangkan apa yang selama ini kita anggap kukuh dan stabil. Virus corona telah mengguncang asumsi kita, dan banyak dari kita yang berjuang untuk menemukan pijakan yang kukuh. Kita kehilangan keseimbangan, bingung, ragu, kesepian, dan berduka.
Jadi, dalam masa seperti ini, sangat penting dan sangat berharga untuk mempertimbangkan dan merayakan hal-hal yang tidak dapat disentuh oleh virus corona; realitas yang tidak berubah dan tidak tergoyahkan yang belum berubah karena, menurut Alkitab, hal-hal tersebut tidak bisa dan tidak akan pernah berubah.
Hal-hal ini benar adanya sebelum wabah virus corona dan akan tetap benar sesudah wabah ini berakhir (dan selamanya). Hal-hal ini adalah pilar-pilar besar yang terpancang kukuh pada batu karang abadi, dan kita dapat berdiri di atasnya ketika banyak hal lain yang kita andalkan telah terguncang.
Perhatikan tujuh hal yang belum berubah.
1. Allah
Allah Tritunggal (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) tidak berubah dalam kekudusan, kebenaran, dan kemuliaan. Allah menyatakan, "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, Yang Ada, Yang sudah Ada, dan Yang akan Datang, Yang Mahakuasa." (Why.1:8), dan Yakobus memberi tahu kita, "Setiap pemberian yang baik dan setiap pemberian yang sempurna datang dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang, pada-Nya tidak ada perubahan atau pertukaran bayangan." (Yak. 1:17). Itu juga berlaku bagi Allah Anak: "Yesus Kristus tetap sama, kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya." (Ibr. 9:14).
Allah kita akan hidup lebih lama dibandingkan surga: "Semua itu akan lenyap, tetapi Engkau akan tetap ada. Semua itu akan usang seperti pakaian; seperti baju, Engkau akan mengubahnya, dan semua itu akan berubah." (Mzm. 102:26).
2. Firman Tuhan
virus corona tidak mempersoalkan kebenaran atau sifat Allah yang dapat dipercaya. Firman-Nya sama pasti dan tegasnya sekarang seperti sebelumnya. "Rumput layu dan bunga gugur, tetapi firman Allah kita tegak selama-lamanya." (Yes. 40:8, AYT). "Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di surga." (Mzm. 119:89). Firman Allah itu hidup dan tinggal tetap. (1 Pet. 1:23).
3. Kasih Allah
Kasih perjanjian Allah yang tidak berubah bagi kita adalah dasar dari pujian kita yang penuh sukacita kepada-Nya:
Bersyukurlah kepada TUHAN sebab Dia baik. Sesungguhnya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya! (1 Taw. 16:34)
Ingatlah bahwa TUHAN, Allahmu adalah Allah yang mempertahankan perjanjian-Nya, menunjukkan kasih-Nya dan kebaikan-Nya kepada semua orang yang mengasihi Dia dan menaati perintah-Nya dan juga kepada ribuan keturunannya. (Ul. 7:9)
Keajaiban dari segala keajaiban, Allah tidak berubah dalam wujud kemurahan-Nya kepada kita: "Sebab, Akulah TUHAN, Aku tidak berubah. Oleh sebab itu, kamu, hai Keturunan Yakub, tidak akan dilenyapkan." (Mal. 3:6). Kasih Allah untuk kita (kasih yang Dia hasilkan di dalam diri kita oleh Roh-Nya) adalah salah satu dari kenyataan yang tidak berubah dan tidak dapat binasa, yang bertahan dari kehidupan ini ke kehidupan selanjutnya.
4. Tujuan Allah
Karena kasih Allah kepada kita belum berubah, begitu pula tidak ada yang berubah dari tujuan baik-Nya bagi kita. Dan, karena tujuan baik-Nya tetap tidak berubah, kita memiliki harapan tertentu — harapan yang kuat dan penuh keyakinan, yang menjaga kita dengan aman sepanjang hidup seperti halnya sauh yang menjaga kapal agar tidak hanyut dalam badai:
Jadi, ketika Allah ingin menunjukkan dengan lebih meyakinkan kepada ahli waris janji-Nya bahwa tujuan-Nya tidak akan berubah, Ia menjamin janji itu dengan bersumpah sehingga terhadap dua hal yang tak dapat berubah itu (yang tentangnya Allah mustahil berbohong) kita yang datang mencari perlindungan akan mendapatkan dorongan yang besar untuk berpegang teguh pada pengharapan yang diberikan kepada kita. Pengharapan yang kita miliki ini adalah jangkar bagi jiwa kita, kuat dan pasti, yang menembus masuk sampai ke balik tirai. (Ibr. 6:17–19)
5. Syafaat Yesus untuk Kita
Yesus menjadi perantara kepada Bapa demi kita sebelum virus corona, dan pandemi ini belum menghentikan atau memperlambat-Nya. Melalui kematian-Nya, Dia menyerahkan kematian-Nya bagi kita sekarang:
"Namun, Ia menjadi Imam dengan sumpah yang dibuat oleh Dia yang berkata kepada-Nya, “Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan berubah pikiran: ‘Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya."... Dengan demikian, Yesus dapat menyelamatkan mereka yang datang kepada Allah melalui-Nya secara sempurna, karena Ia selalu hidup untuk bersyafaat bagi mereka. (Ibr. 7:21,25)
6. Hari Penghakiman
Yang ini serius. Virus corona telah membatalkan atau menunda banyak pertemuan dan memaksa banyak hal berjalan secara daring. Akan tetapi, ada satu pertemuan yang tidak akan ditunda, dan tidak akan terjadi dalam Zoom:
"Oleh karena itu, setelah mengabaikan masa-masa kebodohan, sekarang Allah memberitahukan semua orang di mana-mana agar bertobat, karena Ia sudah menentukan suatu hari ketika Ia akan menghakimi dunia dalam keadilan melalui satu Orang yang telah ditentukan-Nya, setelah Ia memberikan bukti kepada semua orang dengan membangkitkan Orang itu dari antara orang mati." (Kis. 17:30–31)
Masing-masing kita harus datang dalam pertemuan ini secara pribadi (2 Kor. 5:10).
7. Tujuan Akhir Kita
Virus corona membentuk ulang perjalanan kita, tetapi tidak menentukan tujuan akhir kita. Saat kita mencapai tujuan kita, kita akan memasuki kota masa depan yang akan bertahan selamanya. "Sebab, di bumi ini kita tidak mempunyai kota yang akan ada untuk selama-lamanya, tetapi kita sedang menantikan kota yang akan datang." (Ibr. 13:14). Para pelayan Allah di Yerusalem yang baru itu "akan memerintah untuk selama-lamanya" (Why. 22:1–5).
Masa depan itu, yaitu tujuan akhir kita belum berkurang sedikit pun oleh virus corona. Hal itu bahkan tidak mungkin terjadi karena tujuan akhir kita bukanlah di sini — tetapi di surga. Kita memiliki "pusaka yang tidak dapat binasa, tidak dapat rusak, dan tidak dapat layu, yang tersimpan di surga untuk kamu." (1 Ptr. 1:4).
Orang-orang Percaya yang tak tergoyahkan
Realitas sejati yang tidak berubah itu menghasilkan orang-orang Kristen yang tak tergoyahkan. Ya, kita memang tercerai-berai, berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan, dan terluka. Akan tetapi, kita memiliki kebenaran-kebenaran yang berharga untuk membuat kita tetap kukuh pada masa yang kacau ini.
Mari kita menyerap seluruh kebenaran ini. Mari kita hidup dengan keseimbangan yang kukuh, yang mengagungkan Kristus dalam dunia yang gila ini. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari:
- Nama situs: The Gospel Coalition
- URL: https://www.thegospelcoalition.org/article/7-things-virus corona-hasnt-changed/
- Judul asli artikel: 7 Things the virus corona Hasn’t Changed
- Penulis artikel: Stephen Witmer