Pada akhir tahun, "jaga jarak sosial" mungkin menjadi frasa paling penting yang belum pernah Anda dengar sebelum 2020.
Sebagai tindakan pencegahan untuk menahan penyebaran penyakit — seperti COVID-19 — jaga jarak sosial adalah praktik sederhana menjaga jarak (dalam hal ini, setidaknya enam kaki) antara Anda dan orang lain. Ini juga termasuk meminimalkan kontak dengan orang-orang, seperti tidak menggunakan transportasi umum atau tidak melakukan pertemuan sosial. Jaga jarak sosial telah terbukti menyelamatkan nyawa pada masa lalu, seperti selama pandemi Flu Spanyol tahun 1918 dan pandemi flu 2009 di Mexico City, dan diperkirakan akan menyelamatkan nyawa saat ini — jika cukup banyak orang mengadopsi praktik ini.
“Setiap pengurangan jumlah kontak yang Anda lakukan per hari dengan saudara, dengan teman, rekan kerja, di sekolah akan berdampak signifikan pada kemampuan virus untuk menyebar dalam populasi,” kata Gerardo Chowell, ketua populasi ilmu kesehatan di Georgia State University.
Sayangnya, kita semua tahu kelompok-kelompok yang — karena ketidaktahuan atau keras kepala — dengan sengaja menolak praktik kesehatan masyarakat yang penting ini. Berikut ini cara berbicara dengan berbagai anggota keluarga tentang bagaimana mereka dapat berhenti menjadi bagian dari masalah dan mulai menjadi bagian dari solusi.
Anak-anak kecil Anda, yang tidak mengerti mengapa mereka harus menjauh dari orang-orang
Setelah Anda berbicara dengan anak-anak Anda tentang Virus Corona, ambil langkah selanjutnya dengan menjelaskan bagaimana mereka dapat membantu menghentikan penyakit itu.
Anak-anak kecil terbiasa hidup di dunia sebagai makhluk yang lemah yang perlu dilindungi oleh orang yang lebih kuat. Krisis saat ini membalikkan peran itu. "Tampaknya anak-anak tidak terpengaruh, dan mereka tampaknya tidak sakit," kata ahli epidemiologi Emily Landon, direktur medis untuk pencegahan dan pengendalian infeksi di University of Chicago Medicine.
Jelaskan kepada mereka bahwa Allah telah melengkapi tubuh kecil mereka dengan kemampuan khusus untuk melawan virus, dan kemampuan itu membantu mencegah agar mereka tidak jatuh sakit. Akan tetapi, karena virus masih dapat ditularkan oleh mereka, mereka harus menjaga jarak dari orang lebih tua yang lebih rentan.
Bermanfaat juga untuk menjelaskanya secara khusus. Tunjukkan teman dan keluarga mereka yang mungkin lebih rentan, seperti orang-orang yang berusia lanjut, hamil, menderita diabetes, atau sedang dalam pemulihan dari kanker. Anak-anak cenderung lebih bersedia untuk berkontribusi untuk mencapai tujuannya ketika mereka menyadari pengorbanan mereka memiliki implikasi heroik dan bahwa tindakan mereka benar-benar dapat menyelamatkan nyawa.
Anak-anak Anda, pulang dari kampus, yang tidak mengerti mengapa mereka tidak bisa pergi ke pesta
Mulailah dengan menjelaskan fakta bahwa walaupun mereka berisiko rendah terkena penyakit ini, mereka tidak berisiko rendah untuk menyebarkan virus. Faktanya, orang yang terinfeksi tanpa gejala bisa saja mendorong penyebaran Virus Corona lebih dari yang kita sadari sebelumnya. Selanjutnya, mintalah mereka menonton visualisasi dalam artikel Washington Post ini tentang "Mengapa wabah seperti Virus Corona menyebar secara eksponensial, dan bagaimana cara untuk "meratakan kurva."
Jika itu tidak meyakinkan mereka untuk tinggal di rumah, Anda bisa bertanya apakah Anda membuang-buang uang untuk pendidikan perguruan tinggi mereka.
Ayah Anda, yang takut seseorang mungkin menyebutnya "liberal"
Dalam kartun Rugrat tahun 1990-an, ada sebuah episode di mana dua bayi laki-laki mendiskusikan "kata-kata buruk." "Mungkin kata yang buruk adalah kata yang tidak ingin didengar orang," kata Tommy. "Baiklah," kata Phil, "aku tahu kata yang sangat buruk: mandi."
Banyak laki-laki dewasa tampaknya menganggap "jaga jarak sosial" sebagai "kata yang buruk." Kita hidup pada masa yang aneh ketika menolak persyaratan kesehatan dan kebersihan dasar demi kesehatan publik dianggap sebagai tindakan kemerdekaan politik, daripada pemberontakan anak-anak.
Mungkin, cara terbaik untuk menanggapi perilaku kekanak-kanakan seperti itu adalah memohon mereka untuk melakukannya demi anak mereka. Cukup minta ayah Anda untuk menghindari keramaian dan menghindari berjabatan tangan dengan orang-orang — dan melakukannya untuk Anda. Jika dia keberatan katakan, "Ayah, kau bisa memberi tahu mereka bahwa Ayah sudah berjanji kepada anak-anak Ayah kalau kau tidak akan melakukannya."
Itu tidak akan selalu berhasil, tentu saja, tetapi banyak laki-laki dewasa mengalami kesulitan untuk mengatakan tidak kepada permohonan yang mendesak dari anak-anak mereka.
Ibu Anda, yang berkata, "Aku punya Yesus, aku tidak takut!"
Ada dua hal yang harus Anda katakan kepada seorang ibu yang mengatakan ia tidak khawatir, karena ketika ia meninggal ia akan pergi bersama Yesus.
Pertama, jika Ibu memiliki Yesus maka Ibu harus menyadari bahwa tubuh Ibu bukan milik Ibu sendiri sehingga bisa melakukan apa saja yang Ibu inginkan. "Apakah kamu tidak tahu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus, yang ada di dalam kamu, yang kamu terima dari Allah?" kata Paulus. "Dirimu bukan milikmu sendiri; kamu telah lunas ditebus dengan harga lunas. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” (1 Kor. 6:19-20).
Kedua, bahkan jika Ibu tidak peduli dengan kesehatan Ibu sendiri, Ibu harus khawatir dengan menyebabkan orang lain terkena virus. Mengasihi sesama Ibu seperti yang diperintahkan Yesus berarti menunjukkan kepedulian terhadap siapa yang bisa saja terpengaruh dari tindakan Ibu (seperti penderita diabetes, kanker, hipertensi, kehamilan, dan sebagainya).
Paman Anda, yang selalu berperan sebagai seorang penentang
Beberapa orang memiliki kecenderungan alami untuk menentang atau menolak pendapat umum. Saya sendiri memiliki kecenderungan yang tidak menguntungkan ini. Ketika Resesi Hebat dimulai pada tahun 2007, saya secara konsisten dan berulang kali meremehkan keseriusan krisis keuangan. Saya menganggapnya sebagai penghinaan pribadi ketika teman dan rekan kerja menyatakan keprihatinan, pesimisme, atau apa pun yang saya anggap mirip dengan "kepanikan." Saya bahkan mengabaikan bukti yang bertentangan dengan perspektif saya.
Saya ternyata salah. Dan, sikap keras kepala saya membuat saya tidak berperasaan terhadap penderitaan orang lain. Saya melihat sikap yang sama pada banyak laki-laki dan perempuan lain saat ini ketika berbicara tentang COVID-19.
Alih-alih mencoba meyakinkan mereka bahwa mereka salah, yakinkan mereka bahwa meskipun mereka sebagian besar benar, mereka harus melakukan jaga jarak sosial. Bersedialah mengakui, demi argumen, bahwa mereka mungkin benar. Mungkin itu masalahnya bahwa media telah mengatasi masalah di luar apa yang dibenarkan. Mungkin memang benar pemerintah telah merusak semuanya. Kemudian, setelah membuat konsesi itu, katakan “bahkan jika. . . " Bahkan jika ancaman itu dilebih-lebihkan, jaga jarak sosial mungkin masih dapat menahan dan meminimalkan ancaman nyata apa pun yang mungkin ada.
Perhatikan, misalnya, seorang penentang Michael Levitt, seorang pemenang Nobel dan ahli biofisika yang mengajar biologi struktural di Universitas Stanford. Levitt melihat data untuk sebuah provinsi di Tiongkok dan menemukan bahwa virus itu meningkat 30 persen setiap hari. Pada tingkat ini, ia menyadari, seluruh dunia seharusnya sudah terinfeksi dalam 90 hari. Akan tetapi, itu tidak terjadi. Berdasarkan berkurangnya jumlah kasus infeksi dan kematian, Levitt memperkirakan bahwa virus itu mungkin akan hilang dari Tiongkok pada akhir Maret.
“Ketika membahas penyakit, itu sangat menakutkan orang karena mereka terus mendengar tentang kasus baru setiap hari,” kata Levitt. "Tapi, fakta bahwa tingkat infeksi melambat itu artinya akhir pandemi sudah dekat."
Apa yang menyebabkan laju infeksi melambat? Menjaga jarak kita. "Anda tidak memeluk setiap orang yang Anda temui di jalan sekarang, dan Anda akan menghindari pertemuan langsung dengan seseorang yang menderita flu, seperti yang kami lakukan," kata Levitt. “Semakin Anda patuh, semakin Anda dapat menjaga infeksi masuk. Jadi, dalam kondisi ini, seorang pembawa virus hanya akan menginfeksi 1,5 orang setiap tiga hari dan angkanya akan terus turun."
"Itu pesan saya," tutup Levitt. “Anda perlu memikirkan corona seperti flu parah. Ini empat hingga delapan kali lebih kuat dari flu biasa, tetapi kebanyakan orang akan tetap sehat dan manusia akan bertahan hidup.”
Mungkin itu berlebihan. Mungkin itu tidak mematikan seperti yang kita takutkan. Akan tetapi, bahkan para penentang cerdas pun mengakui bahwa, untuk saat ini, kita harus menjaga jarak satu sama lain.
Kakek Anda, yang terlalu banyak menonton berita dari program televisi berbayar
Mari kita mulai dengan membedakan antara apa yang benar dan apa yang tidak bermanfaat untuk dikatakan saat ini. Anda mungkin tergoda (seperti saya selalu) untuk menunjukkan bagaimana berita kabel membuat kita bodoh. Anda mungkin juga tergoda untuk menunjukkan bahwa banyak program kabel (terutama pertunjukan opini pada Fox News) sangat lalai dalam menyepelekan ancaman virus. Diskusi-diskusi tersebut dapat dilanjutkan ketika krisis berakhir (dan pada saat argumen Anda akan tampak tidak dapat dibantah).
Saat ini, pendekatan terbaik adalah berfokus pada bagaimana pesannya telah berubah. Tekankan bahwa sumber-sumber yang sebelumnya menyebut virus itu adalah “tipuan” — seperti halnya Presiden Trump dan Fox News — telah mengubah pandangan mereka dan sekarang memperingatkan orang Amerika untuk menganggap serius COVID-19 dengan mempraktikkan jaga jarak sosial.
Sebagai contoh, pada hari Senin Presiden Trump merilis pedoman yang menginstruksikan orang Amerika untuk menghindari pertemuan sosial lebih dari 10 orang selama 15 hari ke depan untuk memperlambat penyebaran virus corona jenis baru.
"Masing-masing dari kita memiliki peran penting untuk menghentikan penyebaran dan penularan virus," kata Trump pada acara briefing Gedung Putih. Presiden menambahkan, "Ini buruk, ini buruk."
Demikian pula, mantan juru bicara DPR dan kontributor Fox News, Newt Gingrich menunjukkan bahwa lebih baik bereaksi berlebihan terhadap ancaman virus daripada bereaksi kurang. "Saya akan mendesak semua orang yang mendengarkan kami hari ini," kata Gingrich di Fox News, "jangan pergi ke bar, jangan pergi ke restoran, jangan pergi ke pertemuan yang melibatkan banyak orang."
"Ketahuilah bahwa untuk satu atau dua bulan ke depan, kita semua hidup melewati sesuatu yang mirip dengan perang," kata Gingrich. "Dan, ini perang yang dapat memengaruhi warga Amerika mana pun. Anda tidak tahu berapa banyak dari orang yang Anda cintai yang mungkin Anda tulari yang mungkin berakhir sekarat. Jadi, itu tugas Anda untuk berusaha meminimalkan virus itu."
Akan tetapi, bagaimana jika mereka tidak mau mendengarkan?
Orang-orang Kristen terlibat dalam menjaga jarak sosial sebagai tindakan mengasihi sesama. Dalam situasi ini, tugas Anda sebagai orang percaya dan juga sebagai anggota keluarga adalah memberikan nasihat yang bijak. Akan tetapi, Anda tidak selalu dapat mengontrol apakah mereka mengindahkan nasihat Anda. Seperti Amsal 27:12 katakan, "Orang bijak melihat bahaya, lalu bersembunyi, tetapi orang naif melintasinya, lalu kena celaka."
Dalam waktu dekat, kita semua mungkin merasakan konsekuensi dari perilaku egois mereka. Namun, Anda akan melakukan bagian Anda dengan mencoba membujuk mereka untuk melakukan hal yang benar. Jadi, beranilah dan bicarakan dengan keluarga Anda tentang menjaga jarak sosial — pastikan untuk melakukannya dari jarak enam kaki. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari:
- Nama situs: The Gospel Coalition
- URL: https://www.thegospelcoalition.org/article/how-to-talk-to-your-family-about-social-distancing/
- Judul asli artikel: How to Talk to Your Family About Social Distancing
- Penulis artikel: Joe Carter