Saya memiliki kesempatan untuk berbicara dengan para misionaris yang melayani di seluruh dunia di daerah pedesaan mengenai dampak COVID-19 terhadap kehidupan mereka dan pelayanan mereka.
Ketika COVID-19 melanda di Amerika Serikat, gereja langsung bertindak. Rencana alternatif dibuat dengan tergesa-gesa dan telepon dan konferensi via Zoom bermunculan dalam semalam. Sekarang dimungkinkan untuk menonton konferensi video sepanjang hari tentang bagaimana menangani krisis COVID-19. Karena peristiwa di seluruh dunia ini, gereja di Amerika Serikat telah dibedah dan diperiksa dengan sangat terperinci.
Demikian juga, gereja-gereja di daerah perkotaan yang besar di seluruh dunia telah mengalami banjir sumber daya yang serupa untuk mengevaluasi situasi mereka dan membuat rencana tentang bagaimana untuk bergerak maju. Namun, saudara-saudari Kristen kita di daerah pedesaan dan terpencil di seluruh dunia belum diberi banyak perhatian atau bantuan.
Minggu lalu, saya berkesempatan untuk berbicara dengan para misionaris (melalui panggilan konferensi video) yang melayani di seluruh dunia di daerah pedesaan mengenai dampak COVID-19 terhadap kehidupan dan pelayanan mereka. Sementara itu adalah saat yang tepat untuk memberi semangat dan adalah sumber informasi langsung yang luar biasa, itu juga merupakan waktu refleksi yang suram karena banyak orang di seluruh dunia di daerah pedesaan sedang menderita karena penyakit yang mengerikan ini.
Efek Negatif COVID-19 Memberlakukan Lockdown
Saya mendengarkan hampir 80 misionaris berbicara tentang pekerjaan pedesaan di seluruh dunia. Tema yang berulang adalah bahwa sedikit orang di daerah pedesaan yang menderita penyakit itu sendiri. COVID-19 masih dipandang di sebagian besar daerah pedesaan di dunia sebagai penyakit perkotaan.
Akan tetapi, banyak masyarakat pedesaan yang sangat menderita karena pemerintah, dan kadang-kadang masyarakat setempat, memberlakukan lockdown.
Ketika kota-kota memasuki status lockdown, pekerjaan menjadi semakin sulit di seluruh dunia. Hasilnya sangat menghancurkan karena orang-orang migran terpaksa meninggalkan pekerjaan kota mereka dan kembali ke rumah mereka di pedesaan. Dengan kehilangan pekerjaan semacam ini, pekerja utama kehilangan penghasilan, tetapi keluarga besar juga kehilangan karena banyak orang di pedesaan bertahan hidup dari pekerjaan satu orang kota.
Banyak misionaris yang melayani di daerah pedesaan menyebutkan bahwa petani tidak dapat menanam tanaman tahun ini karena lockdown. Ketidakmampuan untuk membeli benih, pergi ke ladang, dan menanam tanaman telah membuat banyak petani dalam kesulitan.
Implikasi dari ladang masa bera berarti tidak ada panen tahun ini, tidak ada uang dari panen musim gugur ini, dan tidak ada makanan sampai musim gugur 2021. (Peluang berikutnya untuk menanam lagi adalah pada musim semi 2021 dan panen tanaman itu tidak akan ada hingga akhir musim panas 2021, hampir 16 bulan lagi.)
Peluang Injil di Wilayah Pedesaan
Sebagai catatan positif, saya mengetahui bahwa banyak misionaris pedesaan yang meningkatkan proyek-proyek bantuan kemanusiaan seperti distribusi makanan, membuat tempat cuci tangan, dan menyediakan masker bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan.
Upaya kemanusiaan ini membuka pintu bagi Injil di banyak tempat di mana masuknya kabar baik sebelumnya hanya membuat sedikit kemajuan. Sementara tetangga-tetangga kota mereka sering takut dan tidak mau membantu, kelompok-kelompok agama setempat mengasingkan diri, dan banyak organisasi bantuan sekuler menarik diri karena takut akan infeksi, orang-orang Kristen masuk untuk melayani orang-orang yang sangat membutuhkan.
Sementara banyak daerah yang sangat menentang dengan orang-orang yang menentang Injil tetap ada, kisah-kisah keterbukaan karena virus dan pekerjaan baik orang Kristen yang rela berkorban untuk melayani orang-orang di mana mereka tinggal, bermunculan di seluruh dunia. Mungkin belum ada kebangunan rohani yang luar biasa, tetapi Allah sedang bekerja di daerah-daerah yang sebelumnya menolak Injil.
Gangguan terhadap Misi Jangka Pendek
COVID-19 juga mendatangkan malapetaka pada rencana musim panas untuk perjalanan misi jangka pendek dari gereja-gereja di Amerika Utara dan untuk ladang itu sendiri. Ketika kelompok-kelompok membatalkan karena pembatasan perjalanan, misionaris luar negeri pedesaan berjuang untuk menemukan cara untuk mengisi kekosongan di mana mereka telah merencanakan untuk memanfaatkan kelompok-kelompok ini.
Bagi banyak misionaris, kelompok jangka pendek memberikan dukungan vital bagi pekerjaan mereka, dan pembatalan kelompok-kelompok ini berdampak serius pada penginjilan, pemuridan, dan kemungkinan pelatihan kepemimpinan.
Akan tetapi, banyak misionaris pedesaan menceritakan bagaimana mitra nasional melangkah dengan cara-cara baru untuk membawa Injil ke tempat di mana misionaris tidak dapat lagi ke sana. Bagi banyak warga negara, membawa Injil ke dunia yang tersesat adalah risiko yang sangat nyata. Mereka mungkin menghadapi oposisi pemerintah, oposisi keluarga, dan oposisi desa.
Mereka juga dapat menghadapi risiko terkena Virus Corona ketika mereka keluar dari rumah dan komunitas mereka untuk melayani Tuhan. Akan tetapi, mereka pergi, melayani, dan berbagi dalam jumlah yang lebih besar daripada sebelumnya dan orang-orang mendengarkan dan percaya.
Allah sedang bekerja di antara orang-orang pedesaan di seluruh dunia. Para misionaris yang melayani di beberapa tempat paling terpencil di bumi sering kali tidak mendapatkan pengakuan atas pengorbanan mereka dan kerja keras mereka dalam menghadapi situasi yang sulit.
Saya bersyukur saya bisa mendengarkan pria dan wanita ini ketika mereka menceritakan bagaimana Allah memberkati di daerah pedesaan. Saya juga bersyukur bisa berbagi dengan Anda mengenai kebutuhan dan kesuksesan pekerjaan pedesaan di seluruh dunia. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Christianity Today |
URL | : | https://www.christianitytoday.com/edstetzer/2020/may/covid-19-and-rural-work-around-world.html |
Judul asli artikel | : | COVID-19 and Rural Work Around the World |
Penulis artikel | : | Jeff Clark |