CNN melaporkan bahwa negara-negara yang sebelumnya berhasil menahan wabah pada tahun lalu, kini melakukan segala upaya dengan layanan kesehatan yang sudah kewalahan serta rumah sakit yang kekurangan tempat tidur, peralatan, dan oksigen.

Varian Delta juga mengakibatkan terjadinya wabah di seluruh Amerika Serikat, terutama di negara-negara bagian seperti Arkansas, Missouri, dan Nevada, yang tingkat vaksinasinya rendah.

"Ini adalah sebuah fase baru dari pandemi," kata Jay Butler, wakil direktur penyakit menular di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). "Kami melihat efek positif dari masalah vaksinasi, tetapi pada saat yang sama ... ini belum akan selesai sampai benar-benar berakhir. Kami terus melihat penularan terjadi dan sebagian besar masyarakat kami tidak diimunisasi."

Apa itu varian COVID?

COVID-19, singkatan dari "Coronavirus Disease 2019", adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru yang menimbulkan sindrom pernapasan akut berat coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Virus seperti SARS-CoV-2 terus bermutasi dan menyebabkan perubahan dalam struktur genetiknya. Sebuah varian virus adalah virus yang sekuen genomnya berbeda dari sekuen genom virus sumbernya. Meskipun setiap virus mungkin memiliki sedikit varian, istilah ini umumnya digunakan hanya untuk virus yang secara signifikan berbeda dari aslinya.

Dengan demikian, varian COVID merupakan varian dari SARS-CoV-2 yang dapat menyebabkan orang-orang tertular penyakit yang dikenal sebagai COVID-19.

Apa saja yang disebut varian-varian Itu?

Untuk membantu diskusi publik tentang varian, Organisasi Kesehatan Dunia mengusulkan penggunaan sebutan yang terdiri atas alfabet Yunani. Varian-varian yang ada diberi nama Alfa, Beta, Gama, Delta, Eta, Iota, dan Kappa.

Bagaimana varian-varian diklasifikasikan?

Kelompok Antarlembaga SARS-CoV-2 pemerintah Amerika Serikat mendefinisikan tiga kelas varian SARS-CoV-2, yaitu variant of interest, variant of concern, dan variant of high consequence.

Variant of interest mungkin memerlukan tindakan kesehatan masyarakat tertentu, seperti penyelidikan epidemiologis untuk menilai seberapa mudah virus menyebar ke orang lain, tingkat keparahan penyakit, kemanjuran terapi, dan kemungkinan vaksin resmi saat ini memberikan perlindungan atau tidak. Variant of interest saat ini di Amerika Serikat mencakup Eta, Iota, dan Kappa.

Variant of concern mungkin juga memerlukan tindakan kesehatan masyarakat, seperti diagnostik baru, modifikasi vaksin, atau perawatan. Variant of concern saat ini di Amerika Serikat meliputi Alfa, Beta, Gama, dan Delta.

Variant of high consequence memiliki bukti yang jelas bahwa tindakan pencegahan atau tindakan medis telah mengurangi efektivitas secara signifikan dibandingkan varian yang beredar sebelumnya. Saat ini tidak ada varian SARS-CoV-2 yang naik ke tingkat konsekuensi tinggi.

Varian apa yang menjadi ancaman di Amerika Serikat?

Ada empat varian terkenal di Amerika Serikat: Alfa, Beta, Gama, dan Delta.

Seperti yang dicatat CDC, varian ini tampaknya menyebar lebih mudah dan lebih cepat daripada varian lain karena dapat menyebabkan lebih banyak kasus COVID-19.

Apakah varian Delta lebih berbahaya?

Para peneliti belum mengetahui varian Delta membuat orang lebih parah daripada varietas lainnya atau tidak. Hingga saat ini, gejala untuk varian ini tampak sama dengan versi awal COVID-19. Akan tetapi, dokter melihat orang menjadi sakit lebih cepat, terutama orang dengan usia yang lebih muda.

Hal yang membuat varian Delta begitu meresahkan adalah penyebarannya yang begitu mudah. CDC menggambarkan Delta lebih menular daripada flu biasa, influenza, cacar, MERS, SARS, atau Ebola, sebagaimana penularan cacar air.

Kasus Delta pertama kali diidentifikasi pada Desember 2020. Hari ini, Delta diperkirakan menjadi penyebab lebih dari 90 persen kasus baru COVID-19 di Amerika Serikat.

Apakah varian-varian itu lebih berbahaya bagi anak-anak?

Sejak awal pandemi, hampir 4,2 juta anak telah tertular COVID-19. Akan tetapi, menurut laporan baru oleh American Academy of Pediatrics, jumlah anak yang tertular COVID-19 telah meningkat lima kali lipat sejak akhir Juni dengan peningkatan 84 persen pada minggu lalu saja.

Sebuah penelitian di Inggris juga menemukan bahwa anak-anak usia 5-12 tahun 2,5 kali lebih mungkin terkena varian Delta dibandingkan dengan mereka yang berusia 50 tahun ke atas.

"Ketika kelompok usia yang lebih tua divaksinasi, mereka yang lebih muda dan tidak divaksinasi akan berisiko lebih tinggi terkena COVID-19 dengan varian apa pun," kata Dr. Inci Yildirim, spesialis penyakit menular pediatrik Yale Medicine dan ahli vaksin. "Namun, Delta kelihatannya lebih berdampak pada kelompok usia yang lebih muda daripada varian sebelumnya."

Anak-anak yang tertular COVID-19 lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit atau meninggal dibandingkan orang dewasa. Hanya sekitar 0,1 -- 1,9 persen dari semua kasus COVID-19 pada anak yang membutuhkan rawat inap. Dan, di negara bagian yang melaporkan, hanya 0,00 -- 0,03 persen dari semua kasus COVID-19 pada anak yang mengakibatkan kematian.

Bisakah orang yang divaksinasi terinfeksi oleh suatu varian?

Berdasarkan ilmu terkini, orang yang sudah lengkap divaksinasi terhadap virus corona tampaknya memiliki perlindungan yang jauh lebih kuat terhadap varian Delta dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi.

Dengan vaksin COVID-19 yang memiliki rata-rata kemanjuran sekitar 90 persen, para ahli kesehatan memperkirakan sekitar 10 persen dari yang divaksinasi dapat terinfeksi. Biasanya, orang yang divaksinasi tidak menunjukkan gejala atau memiliki gejala yang sangat ringan jika mereka tertular varian Delta.

Bagaimana seharusnya orang Kristen menanggapi varian-varian ini?

Varian-varian baru, terutama Delta, terjadi dalam konteks yang sangat berbeda dari wabah SARS-CoV-2 di awal kemunculannya. Ketika virus pertama kali sampai ke Amerika, belum ada yang divaksinasi atau memperoleh kekebalan alami. Itu memengaruhi cara kita menanggapi ancaman pandemi yang mematikan ini. Akan tetapi, hari ini, 168,4 juta orang atau 49,6 persen dari populasi Amerika Serikat sudah divaksinasi lengkap.

Fakta bahwa sekitar setengah dari populasi orang dewasa telah divaksinasi bisa tidak akurat karena angkanya tidak sama di seluruh negeri. Antara negara-negara bagian dengan tingkat vaksinasi terendah (Alabama dan Mississippi, masing-masing 34,6 dan 34,8 persen) dan tingkat vaksinasi tertinggi (Vermont dan Massachusetts, masing-masing 67,7 dan 64,1 persen) terdapat kesenjangan sekitar 33 persen.

Negara-negara bagian dengan tingkat vaksinasi yang lebih rendah termasuk di antara mereka yang paling terpukul oleh varian tersebut. Misalnya, Louisiana memiliki tingkat kasus COVID-19 93 per 100.000 orang, dibandingkan dengan Vermont, yaitu 7 per 100.000 orang. Di beberapa negara bagian, area dengan vaksinasi rendah (seperti kota pertanian) berada di dekat area vaksinasi tinggi (seperti kota besar). Hal ini dapat mengakibatkan "wabah hiperlokal," kata Dr. F. Perry Wilson, ahli epidemiologi dari Yale Medicine. "Kemudian, pandemi bisa terlihat berbeda dari yang telah kita lihat sebelumnya, di mana ada krisis yang nyata di seluruh negeri."

Ini berarti bahwa reaksi terhadap varian-varian, baik oleh masing-masing orang Kristen maupun para pemimpin gereja, akan berbeda berdasarkan konteks regional kita. Oleh karena itu, cara kita menjalankan perintah untuk mengasihi sesama mungkin sangat dipengaruhi oleh jumlah sesama kita yang telah divaksinasi. Misalnya, mereka yang divaksinasi dan tinggal di daerah dengan vaksinasi tinggi mungkin perlu lebih berhati-hati bepergian ke daerah dengan vaksinasi rendah. Sebab, mereka bisa tanpa gejala dan tanpa sadar menyebarkan suatu varian (ini tampaknya menjadi kontributor signifikan terhadap wabah di Florida).

Kebanyakan orang Amerika, termasuk banyak orang Kristen, tidak lagi membiarkan bukti baru mengubah pandangan atau tindakan mereka terkait COVID-19. Posisi tentang apakah divaksinasi atau memakai masker sudah diatur, bahkan dipolitisasi, sampai pada kesimpulan hanya sedikit yang bersedia mengubah pendapatnya, apalagi cara mereka menjalani hidup mereka.

Betapapun menyedihkannya sikap keras kepala seperti itu, sebagai orang Kristen, kita masih harus berupaya menyelaraskan perspektif kita dengan realitas yang diwahyukan Allah. Meskipun kita tidak pernah dapat memastikan tindakan kasih kita itu sudah sebagaimana mestinya atau belum, kita harus melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa tindakan yang kita ambil untuk melindungi sesama kita dari virus mematikan ini didasarkan pada keyakinan kita bahwa Yesus telah memanggil kita untuk mengasihi orang lain. (t/Jing-jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://www.thegospelcoalition.org/article/covid-variants/
Judul asli artikel : The FAQs: What You Should Know About COVID Variants
Penulis artikel : Joe Carter