Semua ini datang dengan tiba-tiba.
Pada awal Maret, gereja-gereja di Amerika Serikat menjalankan kebaktian rutin dan melakukan acara-acara lainnya seperti biasa. Banyak yang sudah mulai merencanakan dan mempromosikan rangkaian ibadah Paskah. Namun, pada akhir Maret, semua ibadah dan rencana itu berubah secara drastis. Gedung-gedung gereja dan ruang-ruang pertemuan kini dikosongkan sampai beberapa waktu ke depan karena ibadah gereja telah beralih ke ibadah secara daring.
Saya bersyukur kita memiliki teknologi untuk berkomunikasi dan berkumpul secara virtual. Akan tetapi, kita seharusnya tidak berpikir bahwa teknologi ini dapat sepenuhnya menggantikan pertemuan kita secara langsung. Saya prihatin dengan begitu cepatnya kita membiarkan teknologi melakukan lebih dari sekadar memfasilitasi interaksi gereja kita.
Memuaskan Kerakusan Kita
Dalam semalam, gereja memompa begitu banyak konten daring, menjejalkan banyak video untuk ditonton orang sepanjang hari. Anda bisa menghabiskan sepanjang hari berselancar di Facebook atau Instagram untuk "pergi ke gereja" saat Anda melompat dari video ke video lainnya.
Akan tetapi, seperti kata pepatah, media adalah pesannya.
Haruskah gereja dengan begitu cepat dan secara refleks mengorientasi ulang dirinya di sekitar media internet, terkhusus media sosial, yaitu media yang menuntut banyak konten yang ditujukan untuk memenuhi kepuasan secara instan? Apakah sekarang ini gereja hanyalah salah satu dari sekian banyak penyedia konten di samudera sumber bahan daring?
Sembari kita mencari tahu bagaimana kita ingin menerapkan gereja daring di masa yang aneh ini, jangan terjebak dalam pemikiran bahwa orang-orang membutuhkan lebih banyak hal untuk dikonsumsi secara pasif. Perangkat ibadah yang memicu orang untuk membandingkannya dengan video musik atau acara bincang-bincang malam tidak akan bermanfaat bagi kita dalam jangka panjang. Tidak ada anggaran gereja yang bisa mengalahkan dana yang dimiliki Disney+.
Apa yang Membuat Kita Menjadi Gereja
Ingat: hal yang membuat kita menjadi gereja adalah bahwa kita diselamatkan oleh Yesus, dan disatukan bersama di dalam Dia. Secara unik, kita adalah tubuh-Nya yang terhubung satu sama lain di dalam diri-Nya -- suatu hubungan yang dijaga dan dipelihara melalui kehidupan bersama.
Internet dapat membantu kita menjaga hubungan ini secara terbatas. Akan tetapi, internet tidak bisa dan tidak akan sepenuhnya menggantikan hubungan itu sendiri. Sungguh baik dan bahkan menguduskan bagi kita untuk meratapi kehilangan yang kita alami. Namun, pada saat yang sama, kita menegaskan bahwa karena gereja adalah kepunyaan Tuhan untuk selamanya, kita masih dapat menjalankan misi-Nya dalam masa-masa ini. Gerbang neraka masih akan runtuh di hadapan gereja, apa pun tantangan kita saat ini.
Hal ini berarti kita dapat dan harus menyesuaikan kembali, tetapi marilah kita melakukannya dengan berpusat pada hubungan kita satu sama lain sebagai anggota gereja. Artinya, kita harus memberikan energi sebanyak mungkin dalam memfasilitasi interaksi dan koneksi antaranggota, melepas orang-orang kudus untuk “pekerjaan pelayanan” (Ef. 4:12). Ingat, hai para pemimpin gereja, kita melayani "imamat yang rajani" (1 Ptr. 2:9), dan mungkin seperti yang belum pernah terjadi, dunia membutuhkan kehadiran wakil-wakil Tuhan yang setia.
Kita tidak perlu berusaha dari nol. Allah sudah membentuk gereja dengan cara yang memungkinkan setiap anggotanya untuk saling memperhatikan (1 Kor. 12: 24–25) dan memperluas perhatian mereka kepada sesama.
Memanfaatkan Teknologi demi Kebaikan yang Lebih Besar
Bagaimana kita bisa menggunakan teknologi untuk mengarahkan orang-orang agar lebih aktif terhubung satu sama lain daripada sekadar menonton layar gawai mereka secara pasif? Bagaimana kita dapat menggunakannya untuk membantu anggota gereja berbicara satu sama lain, saling memperhatikan, dan saling mendoakan? Bagaimana masa ini dapat mendorong anggota kita untuk menjadi duta Injil dalam segala hal yang mereka lakukan; ketika berinteraksi dengan tetangga, rekan kerja, dan pengikut mereka di media sosial?
Mungkin, ini adalah masa untuk lebih menggunakan "teknologi rendah" seperti sambungan telepon. Para pemimpin Gereja yang secara langsung menghubungi setiap anggotanya, dan anggota yang secara rutin saling menghubungi adalah salah satu cara paling sederhana -- tetapi yang paling efektif -- untuk menjaga kesehatan gereja.
Ya, untuk saat ini kita tidak dapat berkumpul, setidaknya secara langsung. Tidak ada yang dapat mengubah kenyataan itu dalam waktu dekat. Akan tetapi, Tuhan kita setia, dan Dia mencintai gereja-Nya. Rencana-Nya untuk mengungkapkan cintanya kepada dunia ini melalui gereja-Nya tidak berubah.
Ini adalah masa yang tepat untuk menyingkirkan penghalang bagi umat Allah untuk ikut serta dalam upaya penjangkauan. Mari kita berdoa dan percaya dengan sepenuhnya bahwa sembari kita menyesuaikan diri dalam batas yang Dia berikan kepada kita, Allah akan memberkati dan mendukung kita sampai hari kita dapat berkumpul kembali dan sukacita kita menjadi sempurna (2 Yoh. 12). (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari:
- Nama situs: The Gospel Coalition
- URL: https://www.thegospelcoalition.org/article/churches-disney-plus/
- Judul asli artikel: Churches, You Don’t Have to Compete with Disney+
- Penulis artikel: Vermon Pierre