Kisah seorang penulis lagu 'Nyamanlah Jiwaku' atau 'It is Well With My Soul' yaitu H. G. Spafford. Dia bersama istri dan keempat putrinya merencanakan mengunjungi Eropa dari benua Amerika Serikat. Tetapi tepat sehari sebelum dia berangkat, dia harus menyelesaikan urusan dagang sehingga ia membatalkan perjalanannya dan meminta istri dan keempat putrinya untuk pergi ke Eropa terlebih dahulu. Dalam perjalanan, kapal yang mereka tumpangi mengalami musibah dan singkatnya keempat putrinya meninggal dan hanya istrinya yang selamat. Istrinya menulis sebuah telegram mengatakan: "Semua meninggal kecuali saya". Dalam perjalanan menyusul istrinya itulah dia menuangkan deritanya dan keyakinannya pada penjagaan Tuhan lewat lagu 'Nyamanlah Jiwaku'. Beberapa tahun kemudian putranya meninggal dunia, karena putranya akhirnya meninggal dunia, gereja tempat di mana dia berbakti menganggap bahwa keluarga ini pasti bermain dengan kuasa gelap, akhir kata, gereja mengucilkan Spafford dan istrinya. Dan diketahui di hari tuanya Spafford menderita sakit jiwa dan akhirnya meninggal dunia. Dari contoh atau kisah yang sangat nyata dan tragis tersebut, kita bisa melihat bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia itu memerlukan dukungan sosial, teman-teman, kerabat. Kehilangan keempat anaknya masih bisa dihadapi dengan tegar, namun pada akhirnya sewaktu dia harus dikucilkan, dia akhirnya menderita sakit jiwa.
Sewaktu teman-teman tidak ada lagi, sewaktu tujuan hidup pun tidak lagi jelas, buat apa kita hidup? Kita akan kehilangan harapan dan biasanya dampak akhirnya adalah keputusasaan atau depresi yang sangat kuat. Orang yang mempunyai tujuan hidup atau makna hidup yang jelas, kesehatan jiwanya cenderung lebih baik.
Yang perlu kita lakukan dalam menghadapi orang-orang yang kehilangan makna hidupnya adalah sebagai berikut:
Kita harus bersama dengan dia dalam kesedihannya
Kita mau menemani dia melalui perjalanan itu sampai ia bisa menerima kenyataan itu. (Contoh kisah yang dihadapi oleh Johnny Ericsson Tada yang menggunakan mulutnya untuk melukis).
Yang seharusnya menjadi fondasi atau dasar tujuan hidup kita adalah: "Saya berharga dan sebegitu berharganya sehingga Tuhan rela mati bagi hukuman dosa saya dan saya tahu bahwa pada akhirnya saya akan pulang ke Tuhan kembali." Fanny Crosby seorang penulis lagu-lagu Kristen, sejak berusia beberapa minggu dia sudah buta karena dokter salah memberikan obat mata padanya. Suatu kali ditanya, "Pernahkah engkau merasa menyesali perbuatan dokter tersebut?" Dia berkata: "Tidak pernah, karena justru ketika saya tidak mempunyai mata jasmani, mata rohani saya bisa begitu celik." Dan dia melihat ini sebagai bagian atau porsi yang Tuhan telah tetapkan untuk kehidupannya. Saya pernah membaca suatu tulisan yang berkata : "Di dalam kamus Tuhan tidak ada kegagalan, yang ada adalah pertumbuhan yang dipaksakan oleh Tuhan, artinya Tuhan memaksa kita bertumbuh melalui peristiwa yang kita anggap sebagai kegagalan.
Ayub 14:7-10 mencatat : "Karena bagi pohon masih ada harapan : apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh. Apabila akarnya menjadi tua di dalam tanah, dan tunggulnya mati di dalam debu, maka bersemilah ia, setelah diciumnya air, dan dikeluarkannyalah ranting seperti semai. Tetapi bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa, di manakah ia?" Nah inilah yang dikatakan Ayub dalam penderitaannya, begitu dia terpukul sekali, kok Tuhan membiarkan dia mengalami musibah yang begitu besar. Dia menyambung di sini, "Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut dan menjadi kering, demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya." Benar- benar dia sangat menderita, dia akhirnya berkata: "Ah, kiranya Engkau yaitu Tuhan menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati. Jadi kadangkala memang meskipun kita orang yang kenal Tuhan Yesus, kita percaya pada-Nya, tapi toh adakalanya waktu badai terlalu keras menerpa kita, kita bisa goyang. Tapi yang menjadi penghiburan kita adalah dalam keadaan seperti itu pun Tuhan tidak menolak kita, Tuhan menerima, mengerti bahwa kita ini manusia yang rapuh dan bisa goyang, dan Dia dengan cara Dia yang ajaib menyadarkan kita akan makna hidup ini kalau kita terus mencari Dia dan mendekat kepada-Nya. Dia akan membisikkan kepada kita tujuan hidup ini.