Yang membedakan ketakutan dan kecemasan adalah sebagai berikut: dilihat dari segi objeknya.
Ketakutan? Memiliki objek yang tertentu atau jelas, yang membuat kita takut.
Kecemasan? Rasa takut yang tidak memiliki objek yang jelas.
Dan kedua hal ini seringkali menjadi bagian kehidupan kita yakni adakalanya kita cemas akan banyak hal, sebab kita juga tidak jelas apa yang sedang kita takutkan.
Kecemasan mempunyai beberapa sumber, yaitu:
1. Tidak memiliki informasi yang cukup atau kekurangtahuan.
2. Kekurangpercayaan diri kita. Contoh: kegagalan di masa lalu yang merontokkan atau menggoncangkan keyakinan diri kita.
Reaksi atau dampak dari kecemasan adalah sebagai berikut:
1. Mengakibatkan timbulnya keresahan di dalam diri kita.
Keresahan memang reaksi langsung dari kecemasan. Maksudnya, seseorang yang dikuasai oleh kecemasan akan mengalami kesulitan untuk berpijak pada suatu keadaan untuk kurun waktu yang lama. Dia akan berusaha mendapatkan ketenangan dalam dirinya dengan cara menguasai keadaan, supaya keadaan itu berjalan sesuai dengan skenarionya.
2. Kelumpuhan
Kelumpuhan merupakan tahap berikutnya setelah dampak keresahan. Kecemasan melumpuhkan penderitanya karena pada hakekatnya kecemasan itu menguras energi yang dibuang untuk menguasai kecemasan, yang dikeluarkan sebagai usaha untuk mengontrol kecemasan tersebut. Dan pada akhirnya dia merasa lumpuh, dalam pengertian dia merasa lemah, tidak dapat berbuat apapun untuk mengubah keadaan hidupnya bahkan tidak bergairah lagi untuk mencoba.
3. Selain dari keresahan dan kelumpuhan, kecemasan mengakibatkan keputusasaan.
Ini adalah tahap di mana akhirnya seseorang merasa dia sudah kalah, artinya hidup menjadi terlalu berat baginya. Terlalu banyak yang membuat kepalanya pening, terlalu banyak yang membuat hatinya gundah-gulana, terlalu banyak yang merobek-robek kalbunya dan dia tidak tahu lagi apa yang dilakukan, sehingga dia mulai tergoda untuk menyerah.
Hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kecemasan yaitu:
1. Mencari informasi selengkap-lengkapnya.
Percaya pada Tuhan, bersandar pada Tuhan tidaklah berarti kita membutakan mata terhadap informasi, sebab Tuhan pun menghargai hikmat. Dan hikmat itu sering kali diperoleh dengan data yang lengkap.
2. Mengakui adanya keterbatasan.
Sebanyak-banyaknya informasi, tidak menjamin bahwa peristiwanya akan terjadi seperti yang telah diduga. Di sinilah diperlukan iman, kita bukan menggantungkan diri pada situasi, tapi kita menggantungkan diri pada Tuhan yang menguasai situasi. Makna 1 Petrus 5:7, "Serahkan segala kekhawatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu."
3. Secara rasional menyerahkan kepada Tuhan, mengakui keterbatasan kita dan meminta bantuan-Nya.
Berkata pada diri sendiri: "Tidak mau lagi memikirkan problem itu," dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, ini sekarang adalah problem Tuhan." Dan memang itulah yang Tuhan minta. Kata "serahkanlah" dalam 1 Petrus 5:7 sebetulnya menggunakan kata lemparkanlah kekhawatiranmu kepada Tuhan. Namun, bukan berarti kita lari dari tanggung jawab, tetap kita hadapi persoalannya namun kita tidak lagi memikulnya sendirian.