Awal minggu ini, putri saya yang berusia satu tahun bermain dengan sebuah mainan di tempat tidur. Saya memperhatikannya mengangkat mainan tersebut, melemparnya ke lantai, dan kemudian dalam usahanya mengambil mainan tersebut, hampir terjatuh dari tempat tidur dengan kepala terlebih dahulu. Sama sekali tidak ada rasa takut untuk jatuh atau akibat yang menunggunya! Untungnya, saya segera menangkapnya sebelum ia jatuh ke lantai dengan kepala terlebih dahulu. Saat saya memikirkan tentang kecelakaan yang hampir saja terjadi, terbersit dalam benak saya bahwa putri saya belum dapat memahami rasa takut (dalam hal ini, rasa takut untuk jatuh yang pastinya akan menghalangi ia untuk terjun bebas dari tempat tidur).

Beberapa rasa takut memang diperlukan dan berguna. Akan tetapi, bagaimana dengan ketakutan yang melumpuhkan, membebani, membingungkan, atau berlebihan? Beberapa ketakutan dapat bersifat situasional, seperti saat akan presentasi atau terbang dalam pesawat. Ketakutan lainnya dapat bersifat relasional, seperti melakukan sesuatu yang memalukan di depan orang lain. Beberapa ketakutan dapat dengan mudah dikenali sementara yang lainnya lebih sulit untuk dibedakan, dan terkadang terasa samar seperti kecemasan luar biasa tentang hal-hal yang umum. Hal apakah yang paling Anda takuti? Apa yang seharusnya kita lakukan terhadap ketakutan itu?

Untungnya, walaupun ketakutan mungkin ada, hal itu tidak seharusnya menguasai kita. Di bawah ini merupakan beberapa saran yang mungkin berguna bagi Anda ketika berhadapan dengan rasa takut:

  1. Biasakan diri Anda dengan obyek/situasi yang Anda takuti. Kita cenderung takut akan hal-hal yang tidak familiar bagi kita. Biasanya, semakin kita familiar terhadap sesuatu, maka kita akan semakin nyaman dengan hal tersebut. Mari asumsikan bahwa saya takut membiarkan putri saya pergi ke sekolah menggunakan bus. Untuk membiasakan diri saya, saya dapat pergi bersamanya pada suatu pagi, mengobrol dengan orang tua lainnya untuk mengetahui bagaimana pengalaman mereka, memperkenalkan diri saya pada sopir bus, berbicara dengan staf sekolah dan mencari cara untuk mengajari putri saya melindungi dirinya.
  2. Uji kembali ekspektasi Anda. Apakah yang Anda takutkan akan terjadi? Gunakan waktu untuk menulis ekspektasi-ekspektasi tersebut atau sampaikanlah hal-hal tersebut kepada orang yang Anda percayai. Kemudian pikirkan hal ini: berdasarkan informasi yang Anda kumpulkan pada poin 1, apakah ekspektasi Anda realistis? Sering kali, akhirnya kita dapat melihat bahwa fakta-fakta yang ada tidak mendukung ketakutan kita.
  3. Berfokuslah pada apa yang dapat Anda kontrol. Beberapa hal dapat kita kontrol, dan beberapa lainnya di luar kendali kita. Walaupun hal ini sepertinya terdengar sederhana, dan merupakan pernyataan yang jelas, tetapi sangat melegakan ketika kita benar-benar melakukan konsep ini. Pisahkan hal-hal yang hingga titik tertentu dapat Anda kendalikan dari hal-hal yang sama sekali tidak dapat Anda kendalikan. Fokuskan pikiran dan energi Anda pada hal-hal yang hingga titik tertentu masih dapat Anda kendalikan. Saya tidak dapat mengendalikan tingkah laku anak-anak lain di bus sekolah, tetapi saya dapat mengajari putri saya cara melindungi diri.
  4. Berserahlah dan percayakan hal-hal yang tidak dapat Anda kendalikan. Jadi, Anda berusaha untuk mempengaruhi hal-hal yang dapat Anda kendalikan, tetapi apa yang harus Anda lakukan pada hal-hal yang tidak dapat Anda kendalikan? Apakah saya harus melupakannya begitu saja dan berharap yang terbaik? Untungnya, tidak! Sebagai gantinya, saya memilih untuk menyerahkannya kepada Allah. Secara sadar, saya dapat memercayakan hal-hal yang tidak dapat saya kendalikan kepada Allah karena (a) Hikmat-Nya lebih besar daripada hikmat saya, (b) Ia dapat dipercaya, dan (c) Ia sanggup (Yesaya 40:28-31; Yesaya 41:10, 13; Amsal 3:5-6; Filipi 4:19; Matius 6:25-34). Dengan demikian, walaupun ada hal-hal yang tidak dapat saya pengaruhi, saya masih dapat melaksanakan tanggung jawab dan pilihan pribadi saya dengan memutuskan untuk menyerahkan dan mempercayakan hal-hal tersebut kepada Allah. Betapa menguatkan!

Hal ini bisa saja memerlukan kerja keras; mudah dikatakan daripada dilakukan. Jika ketakutan Anda mulai tak terkendali, saya dapat menjamin bahwa Anda tidak sendirian. Membicarakan hal tersebut sampai tuntas dengan seseorang yang Anda percayai, apakah itu seorang sahabat atau konselor, dapat menjadi langkah awal yang menolong Anda untuk merasa bebas, tak berbeban, dikuatkan dan memiliki damai sejahtera. (t/Pingkan)

Diterjemahkan dari: