Dikatakan bahwa hanya ada dua hal dalam hidup ini yang pasti — kematian dan pajak. Jika Anda hidup dengan pasangan Anda sendirian selama krisis COVID-19 ini, saya akan menambahkan satu lagi: konflik pernikahan.

Waktu-waktu ini sangat menegangkan. Penuh dengan ketidakpastian. Perairan pandemi Virus Corona yang belum dipetakan membutuhkan navigasi bersama secara kolaboratif dengan pasangan Anda, tetapi Anda berdua saling membuat kesal satu sama lain saat Anda mengarahkan kapal keluarga. Anda cekcok dan bertengkar. Anda mengoreksi dan mengkritik. Anda tidak setuju, berdebat, dan berpotensi saling melahap dengan kata-kata Anda. Anda membutuhkan bantuan.

Saya memberikan 10 prinsip yang akan membantu Anda mengatasi konflik pernikahan dengan cara yang membuat Anda lebih dekat — bukan terpisah — selama masa yang kacau balau ini.

1. Lepaskan sabuk peralatan Anda.

Ketika dosa dan kekurangan pasangan Anda muncul, Anda akan tergoda untuk masuk ke moda memperbaiki dalam upaya untuk menyesuaikan pasangan Anda ke dalam gambar Allah (paling baik) atau gambar Anda (paling buruk).

Namun, memperbaiki pasangan Anda bukanlah pekerjaan Anda. Hanya Allah yang benar-benar dapat memperbaiki kita. Hanya Dia yang bisa menghilangkan hati batu kita yang mati, menggantinya dengan hati yang hidup dari daging, dan membentuk kita menjadi orang-orang yang memiliki pikiran, perkataan, dan tindakan seperti Kristus (Yeh. 36: 26–27). Anda bukanlah insinyur hati pasangan Anda. Allahlah pelakunya.

2. Bermain menangkap.

Ketika konflik muncul, banyak pasangan secara naluriah memainkan "percakapan ping-pong." Mereka dengan cepat dan agresif bertukar kata bolak-balik satu sama lain tanpa berhenti untuk memikirkannya.

Sebaliknya, mainkan game yang berbeda. Letakkan alat pemukul Anda dan bermainlah menangkap. Ketika pasangan Anda berbicara, tangkaplah bola pembicaraan (dengarkan). Tahan bola sebentar (pikirkan tentang apa yang baru saja dikatakan pasangan Anda). Kembalikan dengan lembut (berbicara dengan penuh kasih). Mendengarkan. Berpikir. Berbicara. Dalam urutan itu. Ini akan membutuhkan latihan. Itu akan membutuhkan kesabaran. Dan, akan menghasilkan percakapan yang damai.

Mendengarkan. Berpikir. Berbicara. Itu akan membutuhkan latihan. Butuh kesabaran. Dan, itu akan menghasilkan percakapan yang damai.

3. Kenakan sepatu hak tinggi (atau Air Jordans).

Bekerja keraslah untuk berempati dengan pasangan Anda. Berusahalah untuk mengerti mereka. Lihat dunia melalui mata mereka. Secara lahiriah, ungkapkan emosi mereka kembali dengan cara yang mengatakan, "Saya mengerti." Mengapa empati merupakan berkat bagi pasangan Anda? Ini mengirimkan pesan bahwa emosi pasangan Anda nyata, valid, dan penting. Ini memberi tahu pasangan Anda bahwa mereka bukan masalah yang harus dipecahkan tetapi seseorang yang harus dikenal dan dicintai.

Yang paling penting, itu meniru kasih empatik Kristus - Dia yang memilih untuk meninggalkan surga, memasuki dunia kita, menjalani hidup seperti kita, merasakan penderitaan kita, dan akhirnya mati demi kita.

4. Tanyakan mengapa.

Jika Anda merespons pasangan Anda dengan cara yang jahat, tanyakan pada diri Anda mengapa. Apa yang ada di hati Anda sebagai akar dari perilaku Anda yang tidak saleh? Apakah Anda menyembah berhala? Apakah Anda memercayai kebohongan tentang Allah, pasangan Anda, diri Anda sendiri, atau dunia di sekitar Anda?

Gali akar dari respons Anda — penyebab utama kata-kata atau tindakan Anda yang tidak sopan. Lagipula, jika akarnya tidak berubah, buahnya tidak akan berubah (Lukas 6:43–45).

5. Hindari melebih-lebihkan.

Melebih-lebihkan tidak memiliki tempat dalam konflik pernikahan yang saleh karena setidaknya dua alasan. Pertama, itu adalah bentuk kebohongan — pelanggaran terhadap perintah kesembilan (Kel.20:16). Dibutuhkan sesuatu yang benar, meregangkannya, dan mengubahnya menjadi sesuatu yang tidak benar. Kedua, melebih-lebihkan dapat dengan mudah dianggap sebagai pembunuhan karakter — serangan terhadap siapa pasangan Anda, bukan apa yang pasangan Anda lakukan.

Kecuali keadaan luar biasa, hilangkan kata-kata berikut dari kosakata Anda ketika mengkritik pasangan Anda: selalu, tidak pernah, semua, tidak ada, segalanya, tidak ada, semua orang, tidak ada orang, tidak ada yang, terus-menerus, sepenuhnya, seluruhnya, dan menyeluruh. Ada yang lain, tetapi Anda mendapatkan intinya.

6. Hargai kritik.

Menurut Amsal, cara nomor satu untuk menjadi bijak adalah dengan mendengar, menginternalisasi, dan menerapkan umpan balik yang membangun (Ams.1:7; 8:33; 12:113:1,10; 15:5,31; 19:20; 29:15). Jika ini masalahnya, maka Anda memiliki peluang luar biasa untuk bertumbuh dalam kebijaksanaan selama pandemi ini. Bagaimanapun, Anda menerima dosis kritik yang sehat dari pasangan Anda.

Akan tetapi ada satu masalah: kritik itu menyakitkan. Bagaimana Anda bisa melewati rasa sakit dan bersukacita ketika Anda dikritik? Anda harus jatuh cinta dengan hadiahnya. Semakin Anda mencintai hikmat — dan khususnya Yesus Kristus, “hikmat Allah” (1 Kor.1:24) - semakin Anda akan rela menanggung kritik pedas untuk mendapatkannya.

Kritik itu menyakitkan. Bagaimana Anda melewati rasa sakit dan bersukacita saat dikritik? Anda harus jatuh cinta dengan hadiahnya.

7. Menolak untuk mencaci maki.

Ketika stres bertambah dan ketegangan meningkat, kemungkinan pasangan Anda akan secara keliru menuduh Anda melakukan kesalahan, secara verbal membesar-besarkan dosa-dosa Anda, atau menganggap motif yang tidak suci ketika motif Anda (relatif) murni.

Apa yang Anda lakukan ketika Anda menghadapi ketidakadilan seperti ini? Tirulah Kristus. Ketika Juru Selamat yang tidak berdosa dan tidak mementingkan diri sendiri dicerca secara tidak adil, Dia tidak membalas dengan mencaci (1 Pet.2:23). Ketika Dia yang seharusnya tidak perlu menderita dibawa ke salib, Dia tidak melawan dengan ancaman, tetapi berfokus pada Bapa-Nya yang suatu hari akan membenarkan-Nya. Yesus dengan sengaja menanggung ketidakadilan karena Dia tahu bahwa Allah pada akhirnya akan membenarkan Dia.

8. Lakukan jeda orang dewasa.

Saat suhu relasional di dalam ruangan mendidih, terkadang yang terbaik adalah menjauh dan meluangkan waktu untuk jeda. Ini akan membantu Anda setidaknya dalam dua cara. Pertama, itu akan memungkinkan Anda untuk mencapai keadaan keseimbangan emosional — tempat di mana adrenalin tidak lagi mengalir deras di nadi Anda dan menggoda Anda untuk mengatakan hal-hal yang akan Anda sesali.

Kedua, itu akan memberikan kejelasan rohani. Ketika Anda menghabiskan waktu bersama Allah (kunci untuk melakukan jeda yang sukses), hati Anda akan berubah, Roh akan menginsafkan Anda akan dosa, dan pikiran Anda akan mulai selaras dengan Allah. Anda akan menjadi orang baru ketika Anda kembali memasuki percakapan.

9. Telepon pemesanan.

Saya tahu bahwa ini adalah waktu di mana kita seharusnya mengasingkan diri. Namun, kita tidak pernah seharusnya mengisolasi secara relasional sebagai orang Kristen. Selama pandemi ini, Anda akan membutuhkan tubuh Kristus untuk mendukung dan membimbing Anda melewati tantangan pernikahan.

Ketika masa-masa terasa sangat sulit, saya sarankan Anda berdua menghubungi pendeta Anda, seorang penatua yang tepercaya, pasangan suami istri yang matang secara rohani di gereja Anda, atau, jika perlu, seorang penasihat pernikahan yang berpusat pada Kristus. Jangan terlalu angkuh atau takut untuk meminta bantuan. Pernikahan Anda mungkin membutuhkannya sekarang lebih dari sebelumnya.

10. Sering terhidrasi.

Saya menyimpan yang paling penting untuk yang terakhir: tetap terhidrasi. Minumlah air hidup Kristus bersama pasangan Anda secara teratur selama krisis ini.

Baca dan bahaslah Alkitab bersama. Berdoalah setiap hari. Habiskan waktu yang berfokus pada Kristus dengan orang-orang Kristen lainnya (secara virtual, tentu saja). Beribadah di sofa bersama pada hari Minggu. Temukan cara untuk melayani orang yang kurang mampu dari jauh. Bicarakan tentang Yesus kepada mereka yang berbeda keyakinan dengan Anda. Memberi dengan murah hati. Semakin banyak air hidup yang Anda konsumsi, semakin sehat akar hati Anda, dan semakin suci komunikasi Anda saat konflik muncul.

Yang terakhir, kunci untuk berhasil melewati krisis COVID bersama pasangan Anda bermuara pada perintah yang paling sederhana, tetapi paling sulit yang Yesus berikan kepada kita: mengasihi. Serahkan hidup Anda untuk pasangan Anda karena kasih. Bahkan ketika Anda dalam konflik. Terutama ketika Anda sedang dalam konflik. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: The Gospel Coalition
URL: https://www.thegospelcoalition.org/article/10-keys-marriage-conflict-quarantine/
Judul asli artikel: 10 Keys to Solving Marriage Conflict in Quarantine
Penulis artikel: Steve Hoppe