Sekarang terasa sepertinya seluruh negara dalam tahanan rumah dan setiap lembaga publik besar telah ditutup, sebagian besar mahasiswa kembali ke rumah dengan keluarga mereka, menunggu virus COVID-19.

Bagi banyak orang, ini adalah hal yang baik atau bahkan hebat karena mereka menyukai waktu ekstra bersama orangtua dan saudara kandung. Namun, banyak dari mereka yang terkunci dalam lingkungan keluarga yang dingin, pertengkaran, isolasi emosional, dan bahkan permusuhan terhadap iman mereka.

Bagaimana seharusnya mahasiswa bertumbuh secara rohani di lingkungan yang dapat menjadi kebalikan dari apa yang mereka alami di kampus? Berikut adalah empat tips dari seseorang yang telah berjalan sebelum Anda.

1. Jangan kembali ke diri siswa sekolah menengah yang kurang matang.

Sangat mudah untuk kembali ke kebiasaan lama yang dulu Anda miliki ketika Anda masih lebih muda, terutama ketika Anda kembali di bawah atap yang sama dengan orang yang sama, tidur di kamar yang sama dengan dekorasi sebelum-perguruan tinggi yang sama. Mungkin ada banyak kesalahan yang Anda buat selama masa remaja Anda, dan Anda mulai memerhatikan bahwa dosa-dosa masa lalu Anda menunggu Anda ketika Anda kembali ke rumah.

Pornografi, tiba-tiba, menjadi masalah besar lagi bagi Anda. Cermin yang biasa Anda lihat ketika Anda berusia 17 tahun mengejek mahasiswa baru yang Anda kenakan pada tahun lalu. Kebohongan itu hal yang lazim. Pengharapan terasa hilang.

Akan tetapi, Amsal memberi kita gambaran mendalam untuk direnungkan dengan menjijikkan: "Bagaikan anjing yang kembali ke muntahannya, seperti itulah orang bodoh yang mengulangi kebodohannya." (Ams. 26:11) Astaga. Tidak seorang pun dari kita suka menganggap diri kita sebagai anjing pemakan muntahan, tetapi ini adalah gambaran yang harusnya terlintas di benak kita ketika kita tergoda untuk berkubang dalam dosa masa lalu kita.

Anda adalah ciptaan baru dalam Kristus Yesus -- kebodohan tidak lagi sesuai dengan karakter Anda.

2. Tetap terhubung sebanyak yang Anda bisa.

Dari Alkitab jelas terlihat bahwa Kekristenan bukanlah upaya solo, dan merasa sendirian di rumah masa kecil Anda bisa mencekik. Namun, ketika tidak mungkin meninggalkan rumah dan terhubung dengan orang lain secara langsung, era digital adalah Rencana B sementara yang baik.

Meskipun tidak ada yang dapat menggantikan kontak manusia yang sebenarnya, kita hidup di hari di mana komunikasi dapat dengan mudah diakses. Jaga jarak sosial tidak berlaku untuk dunia maya!

Jika Anda merindukan pelajaran Alkitab, teman sekamar, teman pelayanan kampus, atau sesama anggota gereja, berinisiatiflah untuk mengatur obrolan Zoom di mana Anda dapat melihat wajah semua orang dan berinteraksi. Jangan hanya secara pasif menerima posting media sosial dan menonton video tentang apa yang teman-teman Anda sebarkan di sana -- benar-benar berinteraksilah dengan mereka. Tanyakan bagaimana keadaan mereka. Rebut kesempatan untuk berdoa bersama mereka. Menertawakan lelucon lama. Buatlah yang baru. Jaga jarak sosial tidak harus menjadi akhir dari hubungan Anda.

Pada masa isolasi yang berkepanjangan ini, Insta-story tidak akan cukup untuk memuaskan kerinduan hati kita akan hubungan. Ambil inisiatif untuk menjadi teman yang baik di tengah-tengah keterasingan ini.

3. Buat jadwal.

Jangan buang waktu yang unik ini dengan tidur setiap hari sampai siang. Bangunlah pada jam yang wajar, pilihlah sesuatu selain celana olahraga, makan tiga kali sehari, belajar, selesaikan pekerjaan apa pun yang Anda tinggalkan, dan jadilah produktif saat di rumah.

Luangkan waktu untuk membaca buku yang ingin Anda baca, atau mulailah rencana membaca Alkitab yang sebelumnya Anda tidak punya waktu untuk melakukannya. Melakukan kegiatan sesuai jadwal akan membantu Anda untuk tidak membuang waktu dengan menggulirkan layar hp Anda selama berjam-jam setiap hari. Anda akan merasa lebih puas dan berbuah jika Anda tidak hanya melewati hari-hari begitu saja, tetapi investasikan.

4. Lihatlah rumah Anda sebagai waktu di ladang misi.

Banyak dari Anda sebagai mahasiswa memiliki saudara atau orangtua yang bukan rekan seiman dalam Kristus, dan itu bisa sangat sulit karena berbagai alasan.

Mereka memerhatikan Anda tumbuh dewasa dan melihat Anda dalam kondisi terburuk. Mereka tahu bagaimana mengganggu dan membuat Anda marah. Mereka memberi Anda makan, menggendong Anda saat akan tidur, mengganti popok Anda, dan memberi Anda hukuman karena perilaku buruk. Semua itu cukup memalukan ketika kita berpikir untuk mencoba secara proaktif memiliki pengaruh rohani pada mereka.

Akan tetapi, jika Anda melihat waktu yang tidak lazim ini di rumah sebagai tempat khusus yang Allah sediakan bagi Anda sebagai misionaris di ladang misi, perspektif itu dapat banyak berubah untuk kebaikan Anda dan kemuliaan-Nya.

Misalnya, mungkin tidak ada yang lebih siap daripada Anda untuk membagikan Injil kepada saudara dan orangtua Anda. Sama seperti mereka mengetahui masa lalu Anda, Anda juga tahu masa lalu mereka. Tanyakan saudara Anda apakah ia memikirkan hal-hal rohani sehubungan dengan komentar yang dibuat paman Anda di Thanksgiving. Tanyakan ibu Anda apakah dia merenungkan apa yang terjadi ketika seseorang meninggal sehubungan dengan serangan jantung Kakek tiga tahun lalu. Bagaimana saudara perempuan Anda memproses cinta dan hubungan setelah pacarnya putus dengannya? Apa yang ayah Anda khawatirkan? Bagaimana sejarah keluarga Anda dengan alkoholisme mengkhawatirkan saudara Anda ketika mereka memikirkan masa depan? Ajukan pertanyaan yang bagus, dan dengarkan melalui telinga yang baru saat mereka berbicara. Mintalah maaf jika Anda gagal di masa lalu.

Anda tahu rincian yang sangat banyak tentang keluarga Anda yang tidak diketahui siapa pun di bumi, jadi gunakan itu sebagai kesempatan untuk menunjukkan kepada mereka kasih dan anugerah Allah seperti Allah telah menunjukkan cinta dan kasih karunia-Nya kepada Anda. Mungkin Dia telah menempatkan Anda untuk menjadi terang bagi Injil di tempat-tempat yang paling tidak mungkin -- rumah Anda sendiri. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
URL : https://www.thegospelcoalition.org/article/spiritual-stagnation-home/
Judul asli artikel : College Student, Fight Spiritual Stagnation at Home
Penulis artikel : Shelby Abbot