Putri saya yang berusia lima tahun sangat hebat dalam main petak umpet. Putra saya yang berusia dua tahun sangat buruk dalam hal itu. Dia meminta saya untuk menemukannya saat dia menggeliat di belakang kursi kecil — jelas-jelas terlihat oleh siapa pun di ruangan itu. Banyak dari kita menghabiskan hari-hari kita di belakang kursi kecil untuk mengalihkan perhatian dan kenyamanan. Kita bersembunyi dari diri kita sendiri dan berpura-pura bahwa tidak seorang pun — bahkan Allah — dapat melihat kita dengan jelas. Akan tetapi, bagi sebagian besar dari kita, segudang perubahan sosial dari pandemi saat ini telah menarik kursinya, meninggalkan kita tanpa penghalang, dengan penderitaan tambahan, dan akhirnya tanpa tempat untuk bersembunyi.
Dalam sepuluh tahun, alih-alih bertanya, "Di mana Anda pada 9/11?", Kita mungkin akan bertanya, "Apa yang Anda lakukan selama lockdown?" atau "Apa yang terjadi pada Anda selama pandemi?" Hari-hari ini niscaya akan meninggalkan jejak abadi pada kita. Kita mungkin menyaksikan normal baru dalam hal ekonomi, bisnis, sekolah, gereja, sistem perawatan kesehatan, dan sikap publik kita. Bagi banyak orang di seluruh dunia, keadaan normal baru akan mencakup bergerak maju tanpa orang yang mereka cintai.
Sebagai seorang Kristen, bagaimana Anda akan menjawab pertanyaan itu dalam sepuluh tahun? -Apa yang akan terungkap dari berlalunya waktu tentang keputusan yang telah Anda buat?-
Anda memiliki kesempatan berharga sekarang. Bahkan dengan munculnya vaksin, sebagian besar ahli masih percaya bahwa kita sekarang hanya berada di "paruh waktu" pandemi ini. Kita memiliki momen kunci untuk menerima panggilan Kitab Suci untuk memeriksa perjalanan kita dengan Tuhan dan untuk membuat enam sampai sembilan bulan terakhir dari pandemi itu menjadi berharga. Oleh karena itu, marilah kita memeriksa hati kita berdasarkan apa yang Yesus tunjukkan sebagai dua hukum yang terutama — mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita. Anda mungkin menganggap perintah-perintah ini sebagai peta jalan bagi kehidupan Kristen.
Guru, perintah manakah yang terpenting dalam Hukum Taurat?- Dan, Yesus berkata: "Kamu harus mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap pikiranmu." Ini adalah perintah yang terbesar dan yang pertama. Yang kedua adalah seperti ini: "Kamu harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri." (Matius 22:36–38)
Jelas, Yesus ingin kita untuk mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita, dan sementara istilah seperti hati, jiwa, dan pikiran agak tumpang tindih, mungkin perlu untuk menggunakan istilah-istilah ini untuk memerhatikan aspek yang berbeda mengenai cara kita mengasihi Allah.
Mengasihi Allah dengan Hati Kita
Mari kita perhatikan hati dalam hubungannya dengan keinginan dan emosi kita. Secara emosional, apakah Anda menjadi marah, menjauh, sedih, tertekan, atau diliputi kecemasan karena pandemi? Apakah Anda dipenuhi dengan rasa bersalah (atas keputusan yang Anda buat) atau rasa malu (merasa tidak cukup)? Ketika perasaan kuat yang tak terhindarkan muncul, apakah itu mendorong hidup Anda? Atau apakah Anda melihatnya sebagai jalan menuju Kristus?
Emosi, bahkan yang sulit atau negatif, tidaklah salah. Sesungguhnya, kesadaran emosi kita sangat baik. Namun, emosi kita harus ada di kursi penumpang sebagai pemandu yang membantu, bukan di kursi pengemudi. Kita harus mengikuti pola pemazmur dan Yesus, yang membawa perasaan mereka kepada Allah. Kita harus melakukan hal yang sama dengan perasaan kita, tidak peduli betapa membingungkan atau buruknya perasaan itu. Roh Allah akan membantu Anda menanganinya. Anda akan belajar tentang diri Anda sendiri dan menikmati kasih Tuhan bagi Anda di tengah-tengah perasaan lemah, frustrasi, atau sendirian. Mengatasi emosi Anda dengan cara ini adalah langkah pertama yang baik untuk memperdalam hubungan Anda dengan Kristus dalam beberapa bulan mendatang.
Mengasihi Allah dengan Jiwa Kita
Jiwa Anda akan hidup selamanya, dan itu adalah tempat keyakinan Anda yang terdalam. Jiwa orang Kristen adalah milik Kristus. Ia pulang, dalam arti tertentu, dan sekarang hidup untuk keyakinan dan tujuan Kristus di dunia.
Pandemi mengubah perhitungan kehidupan dengan cepat: keputusan untuk menikah, bercerai (tragisnya), memiliki lebih banyak anak, membeli rumah, pindah ke kota baru, memulai karier baru, atau membuat sejumlah perubahan besar lainnya menjadi segera. Pandemi mengguncang tumpukan asumsi realitas tentang kehidupan dan dunia. Hal itu menyebabkan orang bergumul dengan pertanyaan, "Apakah hidup saya saat ini diisi dengan makna yang saya inginkan?"
Bagi beberapa orang, mengajukan pertanyaan serius itu menghasilkan perubahan yang cepat dan menentukan – menjadi lebih baik atau lebih buruk. Tanpa terburu-buru dan gangguan kehidupan (setidaknya selama bulan-bulan pertama) kita dipaksa untuk berefleksi. Apa yang muncul dalam jiwa Anda ketika dunia berhenti dan Anda lebih memperhatikan? Apakah keinginan Anda untuk berubah atau melakukan sesuatu yang baru itu muncul dari jiwa yang telah ditangkap oleh Yesus, penuh dengan kepemimpinan-Nya dalam hidup Anda? Atau apakah sesuatu atau orang lain memotivasi perubahan? Hidup dari jiwa yang ditebus oleh Yesus adalah hal yang paling besar pengaruhnya dan paling memuaskan yang dapat Anda lakukan. [1]
Mengasihi Allah dengan Pikiran Kita
Mengasihi Allah dengan pikiran kita adalah kebutuhan yang tak terhindarkan untuk mengejar pengetahuan dan pemahaman tentang Allah. Ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk (buku, khotbah, pemuridan, dll.) Akan tetapi, titik baliknya adalah waktu yang dihabiskan dalam Firman Tuhan. Bagaimana pandemi mempengaruhi cara Anda memasukkan Firman Tuhan dalam pikiran Anda?
Apa yang ada di pikiran Anda — jika tidak ditangkap oleh Kristus dan Firman-Nya — pada saat-saat pribadi Anda? [2] Fantasi? Hiburan? Obsesi? Atau apakah Anda baru saja menghentikan kebosanan melalui hiburan konyol? Bagaimana Anda dapat menata ulang kehidupan Anda untuk memperkuat kebiasaan asupan Alkitab yang baik? Mungkin Anda bisa menemukan mitra untuk membangun kebiasaan yang lebih kontinu. Saya mendorong Anda, mulailah lebih kecil dari yang Anda pikirkan. Membaca seluruh Perjanjian Baru ditambah Mazmur dan Amsal adalah tujuan yang bagus untuk tahun 2021. Akan tetapi, jika Anda "lemah " dalam hal pembacaan Alkitab harian Anda, tetapkan tujuan yang lebih mudah dikelola yang akan memotivasi Anda untuk mendengar dan dibentuk secara teratur oleh Firman Tuhan. Jika pikiran kita tidak diubah hari demi hari menurut Kitab Suci, maka pasti dunia dengan senang hati akan menyesuaikan kita dengan cara berpikirnya. [3]
Mengasihi Sesama Seperti Diri Sendiri
Yesus menarik garis lurus antara kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia yang diciptakan Allah dan dikasihi Allah. Entah bagaimana, abad demi abad, kita mencoba membuat ini jadi rumit. Kita cenderung berpikir secara abstrak tentang sesama sebagai cara untuk menghindari tanggung jawab dan kenyataan — semacam kursi petak umpet. Sebaliknya, pikirkanlah secara konkret tentang "mengasihi sesamamu", dengan berfokus pada hubungan fisik dan emosional yang terdekat dengan Anda.
Bagaimana hubungan Anda dengan keluarga, teman, tetangga, anggota gereja, dan rekan kerja? Apakah hubungan Anda bertambah baik satu sama lain? Atau apakah pandemi tersebut membuat hubungan Anda berkurang, menyebabkan Anda menyadari bahwa hubungan-hubungan itu kurang penting menurut pandangan mereka? Hubungan adalah jalan dua arah yaitu memberi dan menerima. Tidak ada seorang manusia super atau wanita super yang hanya memberi. Sebaliknya, kita memberi, menerima, membagikan kelemahan kita, dan memberikan kekuatan kita sebagai orang yang dikasihi oleh Yesus.
Metrik yang baik untuk hubungan kasih di masa penderitaan ini adalah, "Apakah Anda menangis dengan orang lain?" Jika tetangga Anda yang sedang kesulitan tidak mencari bantuan di masa kesusahan ini, mungkin inilah saatnya untuk memikirkan kembali strategi Anda untuk mengasihi mereka (apalagi menginjili mereka). Strategi itu mungkin dimulai dengan menceritakan kebutuhan Anda sendiri dan menjadi peka.
Entah memeriksa kasih relasional Anda membesarkan hati atau mengecilkan hati, ingatlah beberapa hal untuk hari-hari mendatang. Semua orang menginginkan komunitas yang dalam, namun tampaknya tidak ada yang tahu bagaimana mendapatkannya. Itu karena kita ingin komunitas seperti "Teman" dengan kenyamanan seperti Netflix. Mengasihi sesama Anda membutuhkan pengorbanan dan komitmen seperti Kristus. Kita hidup dalam budaya yang terobsesi dengan diri sendiri. Kita mencari makna di mana-mana namun gagal untuk menyadari bahwa makna seringkali datang dari pengorbanan dalam konteks relasi. Mengasihi sesama Anda dengan baik membutuhkan penyangkalan diri untuk memprioritaskan orang lain lebih daripada diri Anda sendiri dalam ritme dan komitmen Anda.
Melihat ke Masa Depan
Kita mungkin akan beralih ke paruh kedua pandemi ini, karena kavaleri pengobatan modern tampaknya sedang berada di puncak bukit. Terlepas dari itu, kita harus meluangkan waktu untuk mengevaluasi siapa kita dahulu dan apa yang telah kita pelajari tentang Allah dan diri kita sendiri. Dan, kita harus membuat rencana untuk menyelesaikannya dengan gigih. Mudah-mudahan, gangguan pandemi mengajari kita bahwa kita tidak bisa lagi bersikap seperti anak kecil yang bersembunyi di balik kursi. (t/Jing-jing)
[1] Kejadian 2:7, Mazmur 49:15, Matius 16:25-27
[2] 2 Korintus 10:5
[3] Roma 12:1-2
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Radical.net |
URL | : | https://radical.net/articles/reckoning-with-the-pandemic-and-resetting-for-2021/ |
Judul asli artikel | : | Reckoning with the Pandemic and Resetting for 2021 |
Penulis artikel | : | Justin Karl |