Mengapa Beberapa Vaksin Covid-19 Dikembangkan Lebih Cepat Daripada Vaksin Lain Mana Pun?

[VIDEO: https://youtu.be/mvA9gs5gxNY]

Video tersebut memberikan penjelasan menarik tentang cara Pfizer dan Moderna menjadi bagian dari era baru teknologi vaksin. Dengan vaksin tersebut, kita dapat mengirimkan instruksi kepada tubuh kita sendiri tentang cara melindungi diri:

Para peneliti yang mengerjakan vaksin Covid-19 telah memecahkan rekor tercepat menghasilkan vaksin baru, mulai dari pengembangan hingga pendistribusian dalam waktu kurang dari setahun. Mereka melakukan ini dengan bantuan miliaran dolar investasi global yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi dalam beberapa kasus juga menggunakan jenis teknologi vaksin yang baru. Ada empat jenis vaksin tradisional. Semuanya membutuhkan pertumbuhan dan penanganan patogen hidup di laboratorium dan proses pengembangannya memakan waktu lebih dari berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Namun, kedua jenis vaksin baru ini melewatkan semua langkah tersebut dengan memindahkan pekerjaan itu dari laboratorium ke tubuh kita. Vaksin mRNA, seperti vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Moderna; dan vaksin Adenovirus, seperti dari Johnson & Johnson dan AstraZeneca; mengerjakan ini dengan mengirimkan instruksi genetik langsung ke sel kita, yang kemudian menghasilkan protein tidak berbahaya yang dibutuhkan tubuh untuk belajar melawan Covid-19. Karena protein-protein ini diproduksi dari dalam sel dan bukan disuntikkan dari luar, mereka cenderung tidak memprovokasi reaksi yang merugikan pada penerima. Hasilnya adalah sejumlah vaksin dikembangkan lebih cepat daripada sebelumnya. Akan tetapi, hal itu juga membawa kita ke era baru teknologi vaksin sehingga kita dapat mengirimkan instruksi kepada tubuh kita sendiri tentang cara melindungi diri mereka sendiri. Teknologi itu sudah digunakan untuk membuat penelitian tentang vaksin HIV dan kanker. Jenis vaksin baru ini adalah senjata yang kita kembangkan untuk melawan virus corona, tetapi dampak sebenarnya baru saja dimulai.

HT: @JohnDyer

(Untuk informasi terbaru tentang varian-varian Covid silakan lihat FAQ dari Joe Carter: https://www.thegospelcoalition.org/article/covid-variants/)

Pemuridan Kristen dan Vaksin COVID-19

Tidak mungkin mengasihi seseorang dengan benar jika kita melakukan sesuatu yang tidak perlu sehingga dapat membahayakan kesehatan mereka. Jika dengan sedikit ketidaknyamanan, yaitu memakai masker, kita berpotensi melindungi orang lain dari penyakit serius, sepertinya kita memiliki kewajiban moral untuk memakai masker. Hal yang sama dapat dikatakan untuk vaksinasi COVID-19. Jika dengan divaksinasi kita dapat melindungi orang lain dari penyakit, kita memiliki kewajiban yang sama untuk divaksinasi, sesuai dengan perintah Tuhan kita untuk mengasihi sesama. Vaksinasi tidak hanya melindungi saya, tetapi juga melindungi anggota masyarakat rentan lainnya.

[Sumber: https://www.thepublicdiscourse.com/2020/12/73110/]

Mereka membahas tiga bidang etika yang diangkat dari vaksin COVID-19:

  1. keamanan dan efektivitas,
  2. keterlibatan dengan kejahatan, dan
  3. kepatuhan terhadap otoritas.

 

Inilah kesimpulan mereka:

Menurut Perjanjian Baru, iman dan ketaatan kepada Yesus Kristus dalam pemuridan berarti menyangkal diri dengan memikul salib-Nya. Rasul Paulus melangkah lebih jauh dengan menggambarkan bahwa bukan lagi dirinya sendiri yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalamnya (Gal. 2:20). Murid-murid mengasihi Allah dan mengasihi sesama mereka, sesuai perintah Allah. Mengasihi orang lain dapat melibatkan banyak hal, tetapi setidaknya termasuk mengupayakan kebaikan mereka, yaitu kebaikan yang mencakup kesehatan dan ketahanan tubuh mereka.

Tidak mungkin mengasihi seseorang dengan benar jika kita melakukan sesuatu yang tidak perlu sehingga dapat membahayakan kesehatan mereka. Dari sini, yang kami maksud adalah menunjukkan ketidakpedulian yang disengaja terhadap kesehatan orang lain. Jika dengan sedikit ketidaknyamanan dengan memakai masker kita berpotensi melindungi orang lain dari penyakit serius, sepertinya kita memiliki kewajiban moral untuk memakai masker. Hal yang sama dapat dikatakan untuk vaksinasi COVID-19. Jika dengan divaksinasi kita dapat melindungi orang lain dari penyakit, kita memiliki kewajiban yang sama untuk divaksinasi, sesuai perintah Tuhan kita untuk mengasihi sesama. Vaksinasi tidak hanya melindungi saya, tetapi juga melindungi anggota masyarakat yang rentan. Pada saat yang sama, kita mengakui bahwa panggilan untuk mengasihi sesama tidak membenarkan, atau membebaskan, semua tindakan yang dilakukan untuk mengurangi penularan atau hilangnya hati nurani orang itu sendiri.

Seorang murid mungkin divaksinasi karena kasih kepada Allah dan sesama, tetapi mungkin juga karena kebijaksanaan. Orang Kristen tidak gegabah atau bodoh dengan kehidupan mereka. Sebaliknya, mereka berpikiran sadar dan aktif, atas dasar bukti yang ada dari realitas itu sendiri, yang membentuk penilaian atas tindakan tertentu. Tampaknya bijaksana untuk divaksinasi karena dengan melakukannya berarti melindungi kehidupan seseorang dan juga orang lain.

Divaksinasi juga menunjukkan bahwa kita peduli dengan kebaikan bersama. Kita berharap semua orang menikmati hidup yang penuh sukacita selama Allah menyediakannya. Murid-murid Yesus tidak ingin seorang pun kehilangan buah dan sukacita di dalam komunitas serta persekutuan dengan sesama. Akan tetapi, agar semua orang dapat memberi dan menerima dalam kasih karunia dan pengharapan. Vaksinasi membantu kita bergabung bersama untuk berbagi kebaikan yang kita miliki bersama.

Pada saat yang sama, kita juga mengakui pendapat mereka yang hati nuraninya tidak setuju, tetapi dengan itikad yang benar. Setelah vaksin anak dikembangkan dan disetujui, mungkin ada orang tua yang benar-benar takut bahwa sifat terburu-buru dari pengembangan vaksin itu memiliki risiko jangka panjang yang tidak diketahui. Terlepas dari keyakinan kita sendiri tentang protokol yang ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitas, kita percaya bahwa kebebasan Kristen memanggil setiap orang untuk bebas memilih untuk menerima vaksin yang baru ini atau tidak.

Akan tetapi, tetap saja pendapat umum tentang kebebasan Kristen tidaklah cukup. Mereka membutuhkan sesuatu yang substansi. Warga negara yang berpikiran libertarian dan dengan serta merta menolak klaim otoritas apa pun belum cukup memberi alasan mendasar yang diperlukan untuk menolak vaksinasi. Pendapat tentang kebebasan atau moral Kristen bertanggung jawab untuk menunjukkan kebaikan yang diperoleh, jaminan, atau nilai yang melampaui kebaikan dari vaksinasi. Kami tidak mengatakan bahwa argumen seperti itu tidak mungkin dibuat atau mungkin layak untuk ditindaklanjuti. Akan tetapi, kami meyakini bahwa kebaikan terkait dengan vaksinasi lebih besar daripada risiko atau kebaikan yang dihasilkan dari menolak vaksinasi.

Karena kami percaya bahwa tidak ada dasar untuk mengkhawatirkan vaksinasi dan membenarkan mereka yang tidak melakukannya, kami percaya bahwa secara moral sangat disarankan untuk divaksinasi. Akan tetapi, bahkan jika ini naik ke tingkat "keharusan" moral, ini bukan berarti kami berpendapat bahwa gereja harus mendisiplin jemaat yang menolak divaksinasi. Selain itu, bukan berarti bahwa seseorang yang mengabaikan vaksinasi berarti berdosa. Vaksinasi adalah tindakan yang bermanfaat yang lahir dari kasih Kristen kepada sesama dan komunitas, bukan ujian kesetiaan.

Orang Kristen, pendeta, dan gereja lokal percakapan ini harus didekati dengan kasih yang sabar. Kita harus menolak godaan untuk menghakimi dengan kasar atau merendahkan orang-orang yang tidak sependapat dengan kita.

Anda dapat membaca semuanya di sini: https://www.thepublicdiscourse.com/2020/12/73110/.

Di Twitter, Andrew Walker menulis gagasan singkat yang penting tentang vaksinasi, kebebasan Kristen, dan kasih Kristen, yang saya sertakan di bawah ini:

Dua tahun lalu, saya menulis sebuah artikel tentang hal yang saya sebut "triase etis", suatu peringkat kewajiban-kewajiban moral untuk membedakan dan menghormati baik kewajiban mutlak maupun kebijakan kehati-hatian. Saya mengusulkan kategori "boleh" (diizinkan), "seharusnya" (dianjurkan), dan "harus" (wajib).

Dengan menggunakan kategori-kategori ini, izinkan saya menyarankan agar vaksinasi dimasukkan ke dalam kategori dianjurkan. Sebagai tambahan, saya pikir kehati-hatian akan meningkat, ketika seseorang mempertimbangkan kekebalan bersama bertambahnya usia, dan komorbiditas. Bagaimanapun, saya melihat hal ini sebagai sesuatu yang dianjurkan, bukan untuk merendahkan. Sikap dan intonasi ini penting.

Pertimbangan mengenai kebaikan bersama itu penting, tetapi bukan berarti hal ini meniadakan seluruh otonomi individu dan tanggung jawab moral. Akan tetapi, mempertanyakan supremasi "Mengasihi Sesama" (yang valid, tentu saja). Ini tidak bisa diadu dengan hati nurani. Maaf, tidak bisa.

(PERINGATAN -- Bagian ini menyiratkan bahwa seseorang yang membuat klaim hati nurani memiliki hati nurani yang dikalibrasi dan diinformasikan secara tepat oleh informasi yang benar dan prinsip-prinsip yang erat secara moral.)

Mengatakan yang sebaliknya berarti memperkenalkan prinsip yang meresahkan untuk memasukkan individu ke dalam sebuah kumpulan, bahkan untuk tujuan yang tampaknya baik. Amerika memiliki tradisi panjang yang mengatasnamakan keberatan hati nurani dan itu harus dihormati.

Apa yang dimaksud dengan anjuran? Ini berarti saya berkewajiban untuk menyatakan keyakinan yang menurut saya akurat karena memiliki bobot pembuktian dan argumentasi yang lebih kuat. Namun, tentu saja saya tidak dapat memaksakan dasar Alkitabiah tentang mereka yang tidak berdosa untuk definisi dosa yang tidak dijelaskan di dalam Alkitab.

Banyak wacana moral seputar vaksinasi dan kewajiban-kewajiban moral yang masih dipermasalahkan. Kewajiban dari pandangan dunia Kristen menyiratkan ikatan moral ke poin-poin disiplin gereja. Saya tidak dapat melakukan terkait dengan vaksinasi, bahkan jika saya tidak setuju dengan argumen penolakannya.

Untuk lebih jelasnya, saya kira seseorang harus benar-benar divaksinasi jika mereka dapat melakukannya karena kebenaran hati nurani. Inilah yang saya katakan kepada murid-murid saya. Saya juga memberi tahu mereka bahwa tidak divaksinasi berarti menerima konsekuensi dari tindakan mereka sebagai agen-agen moral.

Memperkenalkan kategori-kategori triase etis di gereja berarti membedakan antara memisahkan diri kita dari penghakiman yang kejam atau mundur dan menolak (dari kedua perspektif).

Harapan saya adalah bahwa kita dapat membicarakan hal ini tanpa langsung menuduh mereka yang divaksinasi sebagai pemohon yang lemah dan mereka yang menolak sebagai ahli teori konspirasi yang tidak mengasihi. Santai saja. Tunjukkanlah sikap penuh kasih. (t/Jing-jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://www.thegospelcoalition.org/blogs/justin-taylor/why-some-covid-19-vaccines-were-developed-faster-than-any-vaccine-ever/
Judul asli artikel : Why Some Covid-19 Vaccines Were Developed Faster Than Any Vaccine Ever
Penulis artikel : Justin Taylor