Pandemik ini telah Menggagalkan ibadah kita.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengeluarkan rekomendasi resmi bahwa pertemuan publik ditunda atau dibatalkan selama delapan minggu ke depan. Untuk organisasi yang melayani populasi berisiko tinggi, batasnya adalah 10 orang, meskipun sebagian besar gereja bahkan tidak melakukannya. Ibadah Paskah (12 April), seperti yang kita tahu, resmi dibatalkan. Awalnya, banyak pendeta mungkin mengira bahwa berkhotbah di depan kamera, bukannya di depan jemaat, tidak akan berlangsung untuk waktu yang lama.
Peristiwa akhir-akhir ini bergulir begitu cepat, dari situasi yang buruk kepada situasi yang lebih buruk lagi. Tidak diragukan lagi, para pendeta khawatir bahwa dua bulan kebaktian yang dibatalkan akan menurunkan jumlah jemaat. Selama bertahun-tahun, kami para pengkhotbah berkata kepada jemaat kami bahwa "Datang ke gereja tidak membuat Anda menjadi orang Kristen" (biasanya diikuti oleh analogi tentang bagaimana berada di garasi tidak membuat Anda menjadi mobil). Kami tidak pernah benar-benar ingin dianggap serius. Kehadiran orang dewasa di gereja di Amerikan semakin menurun. Apa yang akan terjadi ketika orang-orang yang semakin sedikit ini terbiasa menghabiskan hari Minggu di rumah? Seperti semua yang ada pada masa-masa yang mengkhawatirkan ini, masih terlalu dini untuk mengatakannya.
Saat Paskah orang percaya yang pertama, murid-murid Yesus juga bersembunyi dari masyarakat, mereka dicekam oleh rasa takut yang berbeda. Alih-alih pandemi, para murid lebih takut pada otoritas agama dan politik yang telah menyalibkan Yesus dan kemungkinan juga sedang mencari mereka. Mungkin, mereka juga takut kepada Yesus. Lagi pula, mereka semua telah bersumpah untuk tidak pernah menyangkal atau memungkiri Dia, tetapi ketika situasi berjalan buruk, mereka justru semburat melarikan diri dan meninggalkan sekelompok kecil perempuan untuk menjaga iman kepada Yesus tetap menyala. Dan, sekarang Yesus entah di mana! Tempat persembunyian para murid yang jauh secara sosial terbukti tidak efektif karena Yesus tiba-tiba muncul di tengah mereka (Yohanes 20: 19–21) untuk mengampuni, memberkati dan, beberapa minggu kemudian, untuk memberdayakan mereka dengan Roh-Nya sendiri.
Roh Kudus yang sama inilah yang telah memberdayakan orang-orang Kristen untuk melayani dan mengasihi melalui setiap krisis -- dari pandemi hingga bencana alam dan perang dunia. Seorang peneliti bernama Lyman Stone mengingatkan kita bagaimana orang Kristen secara historis berkorban untuk orang lain selama masa wabah. Orang-orang Kristen membangun rumah sakit pertama yang memungkinkan untuk merawat orang-orang sakit dengan aman. Keyakinan mereka yang berani untuk mencintai dan merawat mereka yang terkecil dan miskin memberi kesaksian akan kuasa Roh. Hasilnya adalah perluasan gereja -- bukan penurunan -- dan penyebaran Injil.
Secara kontroversial, Stone kemudian menyarankan ibadah umum demi komunitas. Untuk menjadi tubuh Kristus di bumi, kita harus berkumpul bersama secara fisik. Stone menambahkan bahwa bertemu dengan sesama orang percaya dalam suatu ruang berkumpul bukan hanya masalah saling mendukung, tetapi juga cara untuk saling memastikan kesejahteraan satu sama lain.
Akan tetapi, andaikata kita mempraktikkan kebersihan yang ketat dan menjaga jarak sosial, berkumpul bersama sebagai jemaat dalam menghadapi pandemi ini sebenarnya justru mencemari kesaksian kita. Alih-alih terlihat berani dan setia, kita justru akan terlihat tidak berperasaan dan bahkan bodoh, tidak berbeda dengan memegang ular berbisa sebagai bukti iman yang sejati. Ada dorongan yang lebih baik yang baru-baru ini datang dari Esau McCaulley dari Wheaton College: "Ketidakhadiran di gereja dan pengosongan gedungnya, dapat berfungsi sebagai simbol keyakinan kita kepada kemampuan Allah untuk menemui kita, terlepas dari lokasi kita berada. Gereja tetaplah gereja, entah saat kita berkumpul atau terpisah.”
Gereja dari tetaplah gereja juga. Dulu, ketika saya sakit, saat saya tidak bisa menghadiri ibadah di gereja secara langsung, saya mendapat manfaat dari apa yang disebut oleh teolog bernama Deanna Thompson sebagai "tubuh virtual Kristus." Mengandalkan gereja digital selama masa sakitnya yang mematikan, Thompson menulis, “Saya menerima selendang doa dari komunitas gereja lokal saya pada hari saya didiagnosis, (tetapi) melalui penyebaran cerita saya secara digital, lima selendang doa tiba melalui pos dari komunitas gereja di seluruh negeri. Sangat mungkin untuk membaca hal ini sebagai perpanjangan digital dari gereja lokal."
Di timur laut Minneapolis pada awal pandemi, pendeta Stephanie O'Brien melaporkan bahwa jemaatnya merancang selebaran untuk dibagikan ke seluruh lingkungan untuk menawarkan bantuan pengasuhan anak, transportasi, belanja bahan makanan, atau apa pun untuk menunjukkan kasih terhadap tetangga mereka. Meskipun tidak datang bersama sebagai kelompok besar untuk beribadah, mereka dapat memberikan tangan dan kaki mereka secara fisik kepada orang-orang yang membutuhkan dengan bantuan media sosial dan realitas virtual. Hal ini terjadi di seluruh negeri.
Diberdayakan oleh Roh Kudus, kita mungkin mengharapkan berkat-berkat tak terduga lainnya selama masa Prapaskah yang penuh kekacauan ini: sedekah ekstra untuk disumbangkan kepada orang miskin, waktu untuk bermeditasi dan berdoa, dan kepedulian yang tumbuh demi kebutuhan dunia dan bahkan planet ini, keharusan untuk menyangkal diri dan diam dalam keheningan.
Bacalah kisah Paskah yang pertama dalam Perjanjian Baru itu dan Anda akan menemukan keheningan yang luar biasa, yang terbesar dalam semua Kitab Suci. Tidak ada tempat di mana pun dalam Alkitab yang memberikan deskripsi tentang Kebangkitan itu sendiri, tidak ada bahasa yang memberi tahu kita bagaimana tepatnya hal itu terjadi, bahkan tidak ada spekulasi tentang apa yang terjadi di dalam kubur-Nya pada pagi Paskah pertama itu.
Sebaliknya, Yesus yang bangkit dengan sederhana dan mengejutkan muncul kepada murid-muridnya yang meringkuk dalam ketakutan. Belakangan, kelompok yang terdiri atas para nelayan, orang buangan, dan pecundang yang tidak berpendidikan ini membuat marah Kekaisaran. Keselamatan tiba untuk semua umat manusia yang beriman. Bacalah sampai akhir Perjanjian Baru, dan Kabar Baik yang sama ini menebus seluruh alam semesta. Semua ini berasal dari kehampaan yang agung, yang kita rayakan pada pagi Paskah, entah saat kita berkumpul atau terserak. (t/Yudo)
Daniel Harrell adalah pemimpin redaksi Christianity Today.
Diterjemahkan dari:
- Nama situs: Christianity Today
- URL: https://www.christianitytoday.com/ct/2020/march-web-only/easter-without-church-covid-19-coronavirus.html
- Judul asli artikel: An Easter Without Going to Church
- Penulis artikel: Daniel Harrell