Penginjilan tidaklah mudah bagi banyak orang Kristen. Gagasan bahwa Injil adalah bagian dari ruang pribadi berisikan nilai-nilai pribadi alih-alih menjadi pengumuman kebenaran publik dapat menjadi alasan mengapa, dalam masyarakat Barat, penginjilan terasa aneh atau tidak disukai bagi banyak orang — baik orang percaya maupun orang yang tidak percaya.
Tidak mengherankan, beberapa orang Kristen merasa lebih nyaman dengan mengundang sesama ke gereja daripada membagikan Injil. Akan tetapi, bahkan undangan gereja adalah masalah besar: Ikutlah dengan saya ke gereja. Berikan waktu Anda di akhir pekan untuk datang ke tempat yang asing dan. . . Anda hanya perlu mempercayai saya. Ini akan sangat menyenangkan!
Saya terus bertanya-tanya dalam beberapa minggu terakhir bagaimana pandemi COVID-19 akan mempengaruhi orang Kristen yang ingin setia dalam membagikan Injil dan mengundang orang lain ke gereja. Kita dipanggil untuk pergi dan memuridkan; bagaimana kita melakukan ini ketika kita dipaksa untuk tinggal? Akan menjadi seperti apa bentuk pemuridan setelah krisis berlalu?
Gereja Daring sebagai Titik Masuk
Ini kabar baik. Mengundang seseorang ke gereja dengan merekomendasikan mereka memasuki siaran langsung (secara anonim) adalah rintangan yang jauh lebih kecil daripada meminta mereka untuk menghadiri kebaktian gereja bersama Anda secara langsung.
Itu sebabnya, di seluruh negeri, pengunjung gereja reguler merasa bahwa semua orang merasa terisolasi karena mereka tidak dapat berkumpul di tempat-tempat umum. Dan, karena ada lebih banyak pendeta yang membuat ibadah gereja mereka tersedia melalui siaran langsung atau video, lebih banyak pengunjung gereja yang menyebarkan undangan daring melalui Facebook, Instagram, dan Twitter. Anda melihatnya setiap akhir pekan: "Hai teman-teman, klik dan saksikan siaran langsung gereja kami!" atau “Lihat video ini dari khotbah pendeta kami tentang Paskah; itu akan memberkati Anda! ” Media sosial dan teknologi video, dalam hal ini, telah menciptakan titik masuk yang lebih mudah untuk mendengarkan Injil.
Rata-rata orang yang belum bergereja yang biasanya tidak mengambil langkah pergi ke gereja dengan seorang teman, sekarang mungkin — karena penasaran — melompat pada siaran langsung dan merasakan seperti apa ibadah itu atau mendengar bagian dari sebuah khotbah. Kabar baiknya adalah, jika pada masa depan, seorang Kristen mengundang teman ke gereja itu, tingkat keakraban akan membuat penghalang untuk masuk ke gereja sedikit lebih kecil. Temannya sudah tahu apa yang diharapkan; mereka telah melihat seperti apa ibadah itu dan tentang apa khotbahnya; sehingga mereka mungkin lebih cenderung menerima undangannya.
Melayani Simpatisan Baru selama Krisis
Demikian juga, saya didorong untuk melihat banyak orang Kristen lebih terbuka secara daring tentang iman mereka selama pandemi ini. Karena beberapa orang bergumul dengan pertanyaan besar tentang kehidupan dan tujuan, inilah saatnya membawa hikmat Alkitab untuk mengatasi tantangan yang kita hadapi. Orang sedang mencari jawaban dan pengharapan. (Sangat menarik untuk melihat bagaimana penjualan Alkitab meningkat sejak pandemi itu terjadi.)
Amanat Agung tidak dikarantina. Daripada melihat keterbatasan penginjilan tradisional atau gereja yang kita miliki saat ini, kita dapat mencari peluang baru untuk membagikan pengharapan Kristus melalui koneksi daring.
Setelah pandemi berakhir, apakah akan ada gelombang baru orang yang lapar akan jawaban yang hanya bisa diberikan oleh agama Kristen? Hanya Tuhan yang tahu. Namun, yang pasti, para pemimpin gereja harus mulai merencanakan sekarang tentang bagaimana memanfaatkan momen ini sebaik-baiknya, untuk membantu para anggota gereja menggunakan titik-titik koneksi yang baru ditemukan secara daring untuk terus membagikan Injil dan mengundang orang lain untuk mengalami komunitas iman.
Pelatihan Murid untuk Memuridkan
Dasar-dasarnya tidak berubah. Kita harus jelas tentang apa Injil itu dan percaya diri dalam cara mengkomunikasikannya. Cara dan metode dapat berubah (daring atau secara langsung), tetapi pesannya tidak. Itu adalah panggilan kita untuk membantu anggota gereja memahami dan mengkomunikasikan Injil dengan cara yang menghubungkan hasrat dan kerinduan dari teman dan sesama.
Bisakah kita berlipatganda dan memuridkan dalam karantina? Ya. Akan tetapi, itu tidak akan terjadi jika hanya pendeta yang melihat diri mereka bertanggung jawab atas penginjilan dan pemuridan. Amanat Agung adalah untuk gereja, bukan hanya para pemimpin gereja. Pandemi ini dapat menjadi proses klarifikasi untuk membantu kita membayangkan kembali dan meluncurkan kembali cara-cara baru untuk memberitakan Injil, baik sekarang maupun setelah krisis berakhir.
Seperti pada setiap generasi, seperti melalui setiap krisis global, panennya berlimpah, dan sekaranglah waktunya. Bagaimana jika COVID-19 memberi dunia panggilan untuk bangun? Setiap orang membutuhkan Roti Hidup. Bagaimana jika COVID-19 memberi gereja panggilan untuk bangun? Kita adalah pengemis yang memberi tahu pengemis lain di mana menemukan Roti. Gereja mula-mula tersebar, tetapi bertumbuh dalam jumlah. Bisakah itu terjadi pada kita, jika kita setia memberitahukan kisah penebusan Allah kepada dunia yang mencari pengharapan yang hanya ditemukan di dalam Yesus? (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari:
- Nama situs: The Gospel Coalition
- URL: https://www.thegospelcoalition.org/blogs/trevin-wax/will-evangelism-be-different-after-the-pandemic/
- Judul asli artikel: Will Evangelism Be Different After the Pandemic?
- Penulis artikel: Trevin Wax