"Saya yakin Amerika akan memahami ini dan menyelesaikannya."
Begitulah kata pasangan yoga ibu saya dua bulan lalu ketika COVID-19 mulai mengambil alih seluruh hidup kami. Sekarang, saya bertanya-tanya apakah perempuan ini telah mengubah nadanya.
Banyak hal telah terjadi sejak dia mengucapkan kata-kata yang optimis itu. Virus ini telah menginfeksi banyak orang, membunuh puluhan ribu orang Amerika. Ekonomi telah mengalami kemacetan, sekolah-sekolah ditutup, dan banyak negara masih memberlakukan kebijakan "tinggal di rumah" untuk mengurangi penyebarannya. Tidak seorang pun, termasuk pejabat kesehatan dan politik kita, memiliki rencana yang jelas -- atau bahkan tahu apakah musim gugur akan membawa gelombang kematian lain.
Jika seseorang mengkritik media sosial, masih ada banyak kesembronoan dan optimisme. Banyak yang kelihatannya percaya bahwa sudah ada cahaya di ujung terowongan. Seperti kerepotan yang diperlukan untuk memelajari bagian akhir pra-kalkulus atau mencabut gigi bungsu Anda, episode COVID-19 ini hanyalah lembah menyakitkan lain yang harus dilalui, dengan sebuah jalan keluar di ujungnya.
Kalau begitu, yang manakah itu: pengalaman menyakitkan atau realitas permanen?
Apakah Ini Lomba Lari?
Ribuan tahun yang lalu, nabi Yeremia adalah penonton di barisan depan dari kehancuran Yehuda dan penahanan umatnya ke Babel. Sebelum pembuangan yang kejam ini, ia hampir selalu diabaikan dan bahkan dilecehkan oleh pendengarnya. Membawa keluhannya kepada Allah, ia menerima jawaban yang menarik: "Jika kamu telah berlari dengan orang-orang yang berjalan kaki dan mereka telah membuatmu lelah, lalu bagaimana kamu dapat berlomba dengan kuda-kuda? Dan, jika kepada negeri damai kamu percaya, apa yang akan kamu lakukan di semak belukar dekat Sungai Yordan? "(Yer. 12:5).
Bagaimana jika perjuangan kita sekarang melawan COVID-19 hanyalah lomba lari? Mungkin perlombaan kita dengan kuda belum terjadi. Beberapa orang sudah mulai terluka. Mereka yang terjebak di rumah dengan anak-anak kecil dan tidak ada kesempatan untuk bekerja sedang menunggu kesempatan baik mereka. Yang lain frustrasi dengan "jaga jarak sosial" yang telah menjauhkan mereka dari ruang olahraga, gereja, klub buku, dan rutinitas mereka.
Bagaimana jika perjuangan kita sekarang melawan COVID-19 hanyalah lomba lari? Mungkin perlombaan kita dengan kuda belum terjadi.
Hampir setiap orang dapat menanggung hal-hal ini untuk sementara waktu, tetapi jika sekolah tidak dibuka musim gugur ini, mungkin bulan madu awal dengan COVID-19 akan mulai terasa lebih seperti situasi penyanderaan. Kelelahan dengan keadaan seperti itu pada akhirnya akan mengakibatkan korban jiwa manusia. Kita diciptakan untuk terhubung dan bertumbuh dalam komunitas yang lebih luas. Ya, banyak yang menikmati waktu ekstra dengan orang yang mereka cintai. Bagi yang lain, utopia domestik ini lebih seperti kapal bajak laut yang semrawut.
Tragedi yang belum pernah terjadi sebelumnya
Orang bisa berpendapat bahwa belum ada ancaman atau pengalaman global seperti ini sejak Perang Dunia II. Banyak resesi, bencana alam, dan epidemi selama bertahun-tahun -- belum lagi tragedi lokal -- telah menyebabkan banyak penderitaan. Bencana seperti 11/9 dirasakan dan diratapi di seluruh dunia, meskipun tidak secara universal dialami seperti pandemi ini. Jarang sekali seluruh dunia dapat duduk di bawah pengaruh kurikulum yang ada di mana-mana dan berpartisipasi dalam pengalaman belajar bersama yang sama.
Generasi Boomer, Generasi X, dan milenium di negara ini tidak pernah menghadapi ancaman yang begitu luas dan aneh seperti ini. Bahkan, kemerosotan ekonomi pada 2009 tidak ada artinya jika dibandingkan dengan gangguan keseluruhan. Mereka yang mengalami Depresi Hebat dan Perang Dunia II telah mengalami masa-masa yang lebih mengerikan. Mereka bisa mengajari kita, tetapi mereka kebanyakan sudah tiada sekarang. Dan, bagi mereka yang masih ada dari generasi itu, COVID-19 telah menjadikan mereka yang paling rentan, jadi kita menjaga jarak.
Ini akan menjadi perlombaan yang melelahkan bagi mereka yang mengharapkan garis finish yang pasti.
Kemungkinan besar, kekecewaan dan peluang yang hilang menanti mereka yang masih percaya krisis ini hanyalah sesuatu yang harus dipahami dan diselesaikan. Akan tetapi, banyak komunitas ilmiah telah menyimpulkan ini adalah maraton, bukan lari cepat/jarak pendek. Ini akan menjadi perlombaan yang melelahkan bagi mereka yang mengharapkan garis finish yang pasti.
Gladi resik
Akan tetapi, mungkin kita dapat memperoleh manfaat besar jika kita menanggung -- bahkan menerima -- cawan saat ini sebagai latihan gladi resik daripada sekadar musim penderitaan. Perhatikan tiga hal berikut.
Pertama, kita diberi kesempatan untuk hidup dengan kekurangan/ketidakcukupan. Kita bisa melihat ke dalam lemari makanan dan lemari es kita dengan pengawasan yang lebih besar dan lebih baik menjaga makanan kita. Bahan makanan berisiko, menjadi sedikit. Kita belajar untuk berbuat lebih banyak dengan lebih sedikit. Ini bukan hal yang buruk. Memang, jika masa ekonomi yang lebih sulit sudah dekat, akan bermanfaat bagi kita untuk mengembangkan memori otot tentang cara berkembang melalui pengendalian diri.
Mungkin kita bisa mendapatkan manfaat besar dengan menerima krisis ini sebagai latihan gladi resik.
Kedua, dan terkait, Yesus memperingatkan kita untuk tidak hidup seperti orang bodoh, yang mengabdikan hati dan perhatiannya untuk "membangun lumbung yang lebih besar" untuk membuat tempat penyimpanan barang-barangnya yang banyak sekali (Lukas 12:13-21). Pandemi ini telah menyusup ke gudang Amerika dari masa pensiun dan persiapan kita untuk masa depan. Tidak semua orang memiliki hak istimewa atau kemewahan memiliki rencana pensiun, tetapi seperti "ngengat, karat, dan perampok" yang dijelaskan Yesus dalam Matius 6, COVID-19 telah mengancam banyak harta kita di masa depan. Ancaman finansial ini, jika hanya berupa lomba lari, seharusnya mengingatkan kita bahwa tidak ada harta duniawi kita yang menjadi milik kita sejak awal. Barang-barang di lumbung kita adalah milik-Nya; selalu begitu. Mungkin kita akan membiarkan gladi resik ini mendorong kita lebih bersandar pada Kristus, juga mencurahkan kasih yang murah hati kepada mereka yang mengalami kekurangan.
Ketiga, orang Kristen belajar bagaimana berhubungan, beribadah, dan berkomunikasi melalui langkah-langkah baru dan kreatif. Gereja Amerika belum mengalami penganiayaan langsung, tetapi mungkin hari-hari itu akan tiba. Ini adalah gladi resik yang indah bagi gereja untuk belajar bagaimana melaksanakan misi kita melalui kesulitan, penghalang, dan pengekangan baru. Kita harus menyesuaikan bagaimana kita melayani para gelandangan, orang miskin, dan orang yang rentan. Menemukan cara-cara baru untuk menjadi tubuh Kristus hanya akan bermanfaat jika kita meluangkan waktu untuk mengembangkan keterampilan dan metode baru untuk terhubung dengan keluarga iman kita.
Ekonomi kita mungkin dapat pulih dengan cara memenuhi rak-rak lumbung kita dengan kelimpahan baru. Namun, mungkin juga tidak. Kita dapat belajar memeriksa kembali harta kita, dan bertanya pada diri sendiri siapa yang akhirnya kita percayai.
Pengadilan dan Pengudusan
Lomba lari yang sekarang ini mungkin menjadi wadah pengudusan yang dibutuhkan tubuh Kristus untuk memperdalam dan memperluas misi-Nya. Ketegangan lomba lari dan kemauan kita untuk tetap setia di jalur akan memberi kita keberanian dan tekad untuk berlari dengan kuda ketika hari itu tiba.
Syukurlah kita memiliki teladan indah dari Tuhan Yesus kita, yang telah menjalankan perlombaan-Nya dengan tekun (Ibr. 12:1-2). (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
URL | : | https://www.thegospelcoalition.org/article/dress-rehearsal/ |
Judul asli artikel | : | Coronavirus as Dress Rehearsal |
Penulis artikel | : | Ben Sciacca |