oleh PAK

Sesaat aku terdiam dari nikmatnya secangkir teh hangat di senja hari. Merasa ada hal yang perlu diselidiki dan dimaknai begitu dalam tentang arti kehidupan saat ini. Saat semua terasa diam, membeku, gelisah, khawatir, penuh cemas, dan ragu yang terus menguasai diri kala semua ini terjadi. Apakah yang diharapkan? Apakah kehidupan yang akan terjadi setelah ini? Apakah makna yang harus kupahami? Dan, apakah masa depan itu masih ada?

Termenung aku berpikir. Bagaimana bisa aku menikmati kehidupan dengan social distancing, saat berkumpul, bekerja, berdiskusi, bermain bersama menjadi hal yang paling sering dilakukan. Dalam kelabu, aku menelaah pasti ada satu dari sekian banyak pesan yang ingin Ia sampaikan. Ada satu arti yang bisa dipahami, dan ada satu kepastian yang pasti bisa kunikmati.

Silih berjalannya waktu, hari demi hari, aku menatap langit semakin biru warnanya. Udara semakin segar kuhirup, walau panas tiada henti pada siang hari dan hujan tiada reda pada sore menjelang malam. Aku memaknai bahwa: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3:1). Apakah itu, Tuhan? Apakah masa yang harus kami lewati saat ini? Apakah arti mendalam dari masa ini? Perkara segala sesuatu ada masanya, mungkin ada waktu juga untuk kita lebih bersabar lagi dalam menanti. Lebih sabar lagi untuk melakukan kegiatan yang hanya bisa dilakukan di rumah.

Sejenak, aku bisa merasakan waktu yang begitu banyak kumiliki saat di rumah. Saat di mana aku bisa menikmati kasih-Mu lebih lagi, bahwa: “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai rencana Allah” (Roma 8:28).

Masihkah kita lupa kalau Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi diri kita sendiri? Masihkah kita ragu akan kasih-Nya yang begitu baik dan besar pada hari-hari yang lalu? Adakah dari kita yang keliru untuk memaknai kebaikan-Nya yang bertubi-tubi singgah dalam hidup kita? Tertegur aku mengingat satu ayat: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayub 2:10).

Memaknai suatu peristiwa dalam hidup sebagai hal yang buruk tidak pernah menjadi masalah, menyadari bahwa hal ini sulit kita terima juga tidak bermasalah, bahwa ternyata hidup penuh dengan hal yang baik, begitu pun yang tidak baik. Tidak ada masalah untuk merasa tidak baik. Tidak masalah juga untuk sedikit merasa takut, gelisah, dan khawatir. Namun, ada satu hal penting yang harus selalu kita ingat sehingga ketidakbaikan, takut, gelisah, dan khawatir yang kita miliki tidak berlanjut panjang. Ada satu pesan yang ingin Ia sampaikan, bahwa: ”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).

Ternyata, Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk kita, bahkan dalam hal terburuk sekali pun Tuhan memiliki rancangan yang membawakan damai sejahtera. Namun, aku tetap takut! Aku takut pada pemberhentian kehidupanku! Aku takut rencana yang kusiapkan selama ini tertunda, bahkan gagal! Aku takut aku tidak bisa hidup seperti biasanya! Aku takut pekerjaan ku akan berhenti! Aku takut dengan segala dampak pada masa ini!

Tenang, sebab Ia berkata: “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10).

Percayalah, ada arti yang masih bisa dipahami dalam situasi terburuk sekalipun. Ada makna dari setiap penundaan yang terjadi. Ada terang saat gelap selalu menyelimuti hati. Ada cahaya ketika kabut terlalu tebal di depan mata. Hanya, saat ini yang perlu dilakukan adalah tetap menjaga kesehatan, tetap menjaga kebersihan, tetap bekerja dari rumah, tetap belajar dari rumah, tetap beribadah dari rumah, dan tetap memahami bahwa Tuhan itu baik. Dan, kebaikan dan kasih-Nya selalu menghiasi kehidupan kita. Amin.