Saya ingat, bertahun-tahun yang lalu sebagai seorang pendeta muda, saya menelepon seorang jemaat yang sudah lama tidak saya temui untuk mengetahui keadaannya. Dia telah menjadi anggota gereja kami selama beberapa waktu dan tampaknya bertumbuh sebagai orang Kristen. Akan tetapi, beberapa menit dalam percakapan kami, dia mengatakan dengan santai bahwa dia sekarang menghadiri gereja lain. Aduh. Itu adalah pengalaman yang saya alami berkali-kali sejak saat itu: kesadaran yang tiba-tiba dan mendalam bahwa orang lain ternyata tidak menganggap sesuatu yang Anda bayangkan sebagai hal berharga (persahabatan Anda, kemitraan pelayanan Anda, keluarga gereja Anda) sebanyak Anda menghargainya.
Panggilan telepon lain, bertahun-tahun kemudian, lebih lucu. Saya telah berinteraksi dengan seorang wanita di kota kami yang telah mengalami banyak kesulitan dalam hidup dan, sebagai hasilnya, telah mengembangkan perilaku yang terkadang kasar dan berduri saat berinteraksi dengan orang lain untuk menutupi hati yang sebenarnya lembut. Menjawab telepon saya, dia dengan tiba-tiba dan agresif bertanya, "Siapa ini?" Karena saya menelepon untuk membalas panggilan telepon dia sebelumnya, saya hanya menjawab, "Stephen." "Stephen siapa?" "Stephen Witmer." Pada saat itu, dia mengucapkan kata-kata kekal, "Siapa ?&$@ (makian - Red.) itu Stephen Witmer?" Ketika saya mengidentifikasi diri saya sebagai pendeta yang membalas panggilannya, dia merasa malu.
Ketika saya memikirkan 18 bulan terakhir, saya teringat akan kedua percakapan itu. Dari waktu ke waktu, saya dikuatkan karena saya telah melihat umat Allah yang dengan gigih terus beriman, berkorban untuk memenuhi kebutuhan orang lain, tetap berkomitmen pada gereja lokal, dan terus memberi dengan murah hati. Namun, saya juga melihat orang lain pergi, melepaskan diri, dan menghilang. Saya pikir, dibutuhkan lebih dari sekadar pandemi untuk membuat teman-teman ini menarik diri dari hubungan di gereja, berhenti membaca Alkitab mereka, berhenti berdoa. Saya pikir kami sama-sama menghargai hal-hal ini, tetapi sekarang saya kurang yakin. Saya merasa terkejut ketika, alih-alih menerima salam hangat yang diharapkan, saya mendengar, "Siapa ?&$@ Stephen Witmer?" Secara tiba-tiba dan tak terduga, ada jarak di antara kami.
Panduan untuk Menemukan Kembali Gereja
Pertanyaan dalam benak banyak pendeta akhir-akhir ini adalah, "Bagaimana orang-orang yang pergi dari gereja kita ini dapat ditarik kembali ke dalam persekutuan?" Saya bersyukur bahwa dua penulis dan pemimpin Kristen, keduanya penatua di gereja mereka, telah berusaha untuk mengajukan pertanyaan yang lebih mendasar: tidak hanya bagaimana membuat orang kembali ke gereja, tetapi bagaimana membuat mereka kembali dalam keadaan diubahkan, dengan juga mengatasi penyebab-penyebab mendasar akan keluarnya mereka sehingga hal serupa tidak terulang kembali. Dan, saya bersyukur keduanya telah bekerja sama untuk menulis sebuah buku untuk kepentingan gereja yang lebih luas: Rediscover Church: Why the Body of Christ Is Essential (Menemukan kembali Gereja: Mengapa Tubuh Kristus Penting - Red.)
Collin Hansen dan Jonathan Leeman percaya bahwa bagian penting dari membantu orang terlibat kembali dengan gereja -- setelah apa yang kita semua alami dengan pandemi, ketegangan politik dan ras, serta perdebatan tentang vaksin dan penggunaan masker -- adalah membantu mereka berpikir lebih jernih tentang apa itu gereja dan apa saja yang dilakukan gereja:
Bagaimanapun, pemahaman Anda tentang apa itu gereja akan membentuk hidup dan kehidupan Anda. (23, italic asli)
Buku ini bertujuan untuk membantu Anda menemukan kembali gereja sehingga Anda memahami apa itu gereja dan pada gilirannya menemukan kekayaan hidup sebagai saudara atau saudari di dalam keluarga Allah; sukacita hidup sebagai satu bagian dari tubuh Kristus yang bersatu dengan bagian lain dari tubuh; dan kuasa penanding budaya yang berasal dari hidup sebagai salah satu batu bata di bait suci tempat Allah berdiam di bumi sekarang. (24, italic asli)
Kami menulis buku ini untuk membantu Anda menemukan kembali gereja, sehingga Anda dapat melihat mengapa tubuh Kristus itu penting. (147)
Hansen dan Leeman memberikan eklesiologi yang jelas dan dapat diakses hanya dalam 150 halaman. Ditulis dengan menarik, dengan cerita dan pengalaman pribadi, buku ini adalah sumber bahan yang bagus. Pemikiran yang mendalam tentang gereja dan teologi biblika disajikan secara ringan, sebagaimana tema pengucilan dan pengasingan disajikan sebagai latar belakang disiplin gereja (96). Itu sangat cerdas. Buku ini juga mengandung banyak kalimat yang layak dijadikan kutipan. "Pada umumnya, hubungan tidak mengubah Anda menjadi lebih baik jika mereka tidak menantang Anda dalam kondisi terburuk Anda" (144). (Berikut adalah 20 kutipan lagi untuk membangkitkan minat Anda.)
Struktur buku yang sederhana juga menjadi kekuatannya. Buku ini terdiri dari eksposisi bab demi bab dari definisi teologis gereja:
"Gereja adalah sekelompok orang Kristen [bab 2] yang berkumpul sebagai utusan di dunia dari kerajaan surgawi Kristus [bab 3] untuk mewartakan kabar baik dan perintah-perintah Kristus Raja [bab 4]; untuk meneguhkan satu sama lain sebagai bagian dari warga-Nya melalui ketetapan-Nya [bab 5]; dan untuk menunjukkan kekudusan dan kasih Allah sendiri [bab 6] melalui orang-orang yang bersatu meskipun berbeda-beda [bab 7] dari seluruh dunia [bab 8], mengikuti ajaran dan teladan para penatua [bab 9].
Kejelasan dari garis besar itu berarti Anda selalu tahu persis di mana Anda berada dalam argumen buku ini.
Bagi mereka yang telah membaca tulisan-tulisan Leeman lainnya tentang gereja, atau memang telah terlibat secara umum dengan materi 9Marks sampai batas signifikan apa pun, maka tidak akan ada banyak hal baru yang diperoleh dari ini. Sebaliknya, kontribusi uniknya adalah untuk membawa eklesiologi alkitabiah yang solid ke dalam momen kritis hari-hari ini dengan cara yang menarik, mengundang, dan mudah diakses.
Kita Butuh Lebih Dari Sebuah Buku
Saya memiliki kerinduan yang sama dengan penulis untuk membantu orang kembali ke gereja dan menikmati pemahaman dan pengalaman gereja yang lebih kaya dan alkitabiah dibandingkan yang mereka miliki sebelum pandemi. Saya bersyukur buku ini akan membantu dalam hal itu. Akan tetapi, ketika saya mempertimbangkan besarnya transformasi yang harus terjadi dalam jutaan hati agar hal itu terwujud, saya juga terkejut dengan betapa banyak hal lagi yang dibutuhkan selain menerbitkan buku-buku bagus seperti ini, dan saya sangat terkesan dengan peran tak tergantikan yang harus dimainkan oleh gereja.
Sementara pemikiran kita membentuk perilaku kita, itu juga yang menjadi alasan bahwa kebanyakan orang tidak begitu saja memikirkan untuk berhenti pergi ke gereja, dan karena itu mereka tidak akan begitu saja memikirkan cara untuk kembali ke gereja. Seperti yang ditunjukkan James K.A. Smith, kita adalah makhluk berwujud, bukan hanya "benda yang berpikir", dan sering kali ada kesenjangan antara apa yang kita ketahui dan apa yang kita lakukan. Tentu saja, itu tidak berarti kita membutuhkan lebih sedikit pengetahuan, melainkan lebih banyak pengetahuan.
Smith dengan tepat menunjukkan kekuatan kebiasaan, dan saya tentu saja menemukan hal itu terbukti benar dalam pengalaman pastoral saya selama 18 bulan terakhir. Beberapa orang dari jemaat saya telah memberi tahu saya (ketika saya bertanya di mana mereka berada selama ini) bahwa mereka keluar dari irama untuk menghadiri persekutuan dan kemudian merasa sulit untuk kembali lagi. Mungkin ada masalah mendasar dengan pemahaman mereka tentang gereja, tetapi mereka pasti benar dalam mengidentifikasi kekuatan kebiasaan kita (penulis menyebutkan ini secara singkat dalam pendahuluan buku mereka).
Jadi, bagaimana mereka yang telah hanyut, membangun kembali kebiasaan dan irama partisipasi dalam komunitas Kristen? Sebuah kalimat dari The Power of Habit karya Charles Duhigg sangat menarik di bagian ini: "Agar kebiasaan dapat berubah, orang harus yakin bahwa perubahan itu mungkin. Dan, yang sering terjadi, keyakinan itu hanya muncul dengan bantuan kelompok."
Kisah Jonathan Leeman memberikan kesaksian yang kuat tentang kenyataan ini. Ketika Leeman menjelaskan bagaimana Roh Kudus menariknya ke dalam sebuah gereja, dia mengatakan bahwa itu terjadi melalui khotbah dan orang-orang dari gereja lokal (firman dan masyarakat Injil). Dia memberi catatan bahwa, meskipun dia tidak bisa memberikan jawaban yang baik pada pertanyaan "Apa itu gereja?", pengalaman dan masyarakat Injil itulah yang digunakan Roh Kudus untuk menariknya masuk ke dalam gereja.
Meskipun hal itu tentu saja tidak mengesampingkan pentingnya sebuah buku yang ditulis untuk menjawab pertanyaan itu, tetapi hal itu menunjukkan bahwa diperlukan sesuatu yang lebih dari sekadar jawaban intelektual. Komunitas yang membangkitkan kasih sayang dan membentuk kebiasaan baik sangatlah penting. Dan, perhatikan: bukan hanya seorang pendeta yang penuh perhatian, teliti, yang perlu rajin mengejar, tetapi semua anggota menjalankan perannya dalam tubuh Kristus.
Memperlengkapi Orang Kristen untuk Mengejar Pengembaraan
Tentu saja jika hal ini benar, maka ada masalah ayam dan telur. Bagaimana kita dapat membantu orang-orang membiasakan diri kembali pada pertemuan gereja ketika kita, sebagai keluarga gereja mereka, adalah orang-orang yang menyebabkan mereka berhenti datang ke persekutuan? Setidaknya sebagian dari jawabannya tampak jelas: kita sebagai komunitas Kristen harus berinisiatif, harus mendatangi mereka yang menghilang, harus mengejar dan mengelilingi mereka, harus mengingatkan mereka (melalui perkataan dan perbuatan) tentang apa yang mereka lewatkan.
Dan, itu mengarah pada pertanyaan terakhir, mengenai audiens yang ditargetkan oleh buku ini. Sepanjang buku, penulis secara langsung menyebut pembaca mereka sebagai mereka yang telah keluar dari gereja karena satu dan lain alasan. Dengan kata lain, tampaknya audiens yang dituju oleh Rediscover Church adalah mereka yang benar-benar perlu menemukan kembali gereja. Saya bertanya-tanya, seberapa besar kemungkinan orang-orang seperti itu akan mencari dan menemukan buku ini. Bahkan, jika seseorang memberikannya kepada mereka, apakah mereka akan membacanya? Mungkin. Saya berharap begitu! Namun, saya bertanya-tanya apakah buku ini mungkin akan berfungsi lebih baik secara tidak langsung, atau dengan melalui perantara.
Saya menduga bahwa kesuksesan terbesar buku ini mungkin adalah dalam memperlengkapi kelompok pembaca lain: yaitu orang-orang seperti Anda, tipe orang yang membaca resensi buku TGC, seseorang yang mungkin sudah cukup berkomitmen pada gereja, tetapi juga mungkin kadang-kadang agak tidak yakin bagaimana mengartikulasikan komitmen itu kepada mereka yang goyah dalam komitmennya.
Bagi orang-orang tersebut, buku ini akan memberikan pengajaran alkitabiah yang tajam tentang gereja, memperlengkapi mereka untuk menyampaikan keindahan dan kebutuhannya kepada orang-orang di lingkaran mereka yang tidak akan pernah menemukan buku ini sendiri (dan mungkin tidak membacanya bahkan jika itu diberikan kepada mereka). Anda akan dapat mewujudkan dan menyampaikan kebenaran dalam buku ini kepada orang-orang yang Anda kenal, yang tahu bahwa Anda mengasihi mereka.
Dengan kata lain, kehadiran buku yang bermanfaat ini, pada saat ini, menekankan nilai literatur Kristen yang baik, dan kebutuhan mendesak bagi jemaat untuk menjadi jenis gereja yang digambarkan dalam Rediscover Church -- paling tidak demi mereka yang telah menghilang dari gereja. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://thegospelcoalition.org/reviews/rediscover-church |
Judul asli artikel | : | How Can We Bring Back Those Who've Drifted from Church? |
Penulis artikel | : | Collin Hansen dan Jonathan Leeman |