Perasaan lega yang dirasakan banyak orang Amerika selama musim panas ketika angka kasus penyakit COVID-19, rawat inap, dan kematian menurun telah hilang. Varian baru dari virus ini telah menimbulkan serangkaian gelombang tindakan pencegahan dan pertarungan politik lainnya tentang tanggung jawab untuk merawat yang rentan, belum lagi gelombang baru duka cita ketika rumah sakit terus terisi dan orang-orang terkasih meninggal.

Di tengah krisis ini, sebuah penelitian yang baru-baru ini dirilis oleh jurnal medis Inggris The Lancet menunjukkan bahwa lebih dari satu juta anak di seluruh dunia telah kehilangan pengasuh primer atau sekunder mereka selama pandemi. Ringkasan laporan tersebut mencakup peringatan mengerikan, "Kematian dari pengurus dan pengasuh anak yatim adalah pandemi tersembunyi akibat dari kematian terkait COVID-19."

Namun, dalam paragraf yang sama, The Lancet menyarankan bahwa "dukungan psikososial dan ekonomi dapat membantu banyak keluarga untuk memelihara anak-anak yang kehilangan pengasuh" dan untuk mencegah masuknya mereka ke dalam institusi di bawah naungan dinas sosial.

Peringatan ini seharusnya membuat kita berhenti sejenak. Membangun dan mendukung panti asuhan tampaknya merupakan respons alami terhadap krisis bagi anak-anak yang rentan, tetapi mungkin ada cara yang lebih baik. Bukannya kita mencari alasan untuk berbuat lebih sedikit, tetapi justru kita harus melihat laporan dan peringatan ini sebagai ajakan untuk berbuat lebih banyak, dan melakukannya dengan lebih baik.

Tantangan Pengasuhan Institusional

Sejarah mencatat, mengasuh anak yatim piatu dan anak-anak yang rentan telah menjadi cara utama orang Kristen untuk terlibat dalam pelayanan belas kasihan dan tujuan kemanusiaan. Hal ini dibuktikan dalam teks Perjanjian Baru yang jelas dan koheren: "Ibadah yang murni dan tidak tercela di hadapan Allah dan Bapa kita adalah mengunjungi anak-anak yatim piatu dan janda-janda dalam penderitaan mereka, dan menjaga dirinya sendiri supaya tidak dicemari oleh dunia" (Yak. 1:27, AYT).

Memang, menurut survei Barna Research tahun 2021 terhadap orang-orang Kristen Amerika, 19% dari mereka secara finansial telah mendukung rumah pengasuhan -- dengan kata lain, panti asuhan atau rumah anak-anak -- dalam satu tahun terakhir. Bantuan finansial tersebut bernilai hingga sekitar $3,3 miliar per tahun.

Meskipun demikian, bukti-bukti di lapangan yang menunjukkan pentingnya keluarga dan masyarakat dalam kehidupan setiap anak mengungkapkan kesenjangan yang mengganggu dalam model pengasuhan institusional.

Pertama-tama, diperkirakan 80% anak-anak di panti asuhan sebenarnya memiliki orang tua yang masih hidup, dan sebagian besar juga memiliki anggota keluarga lain yang bersedia merawat mereka.

"Sebagian besar anak-anak ditempatkan di panti asuhan karena kemiskinan," tulis Elli Oswald, direktur eksekutif Faith to Action, sebuah pelayanan kolektif yang berperan sebagai sumber informasi dan edukasi bagi orang-orang Kristen yang menanggapi kebutuhan anak-anak yang rentan. "Alasan umum lainnya termasuk bencana alam, kurangnya akses pada pendidikan, dan ketidakmampuan keluarga untuk merawat anak berkebutuhan khusus. Orang tua sering kali membuat pilihan yang sulit untuk menempatkan anak mereka di panti asuhan dengan harapan kebutuhan dasar anak mereka akan terpenuhi."

Yang pasti, kemiskinan sering kali bisa menjadi sebab untuk masalah rumit lainnya. Kehancuran keluarga, pelecehan, kecanduan, dan siklus generasi yang memilukan juga sering menjadi penyebab lainnya. Dalam beberapa kasus, seorang anak tidak akan pernah aman untuk kembali pada keluarga kandungnya.

Masalahnya adalah, "penelitian akademis selama beberapa dekade telah mengonfirmasi bahwa panti asuhan dan rumah perawatan anak memiliki hasil negatif bagi anak-anak dan harus digunakan hanya sebagai upaya terakhir," kata Oswald. Dia mengutip sebuah laporan dari Universitas Harvard, yang menyimpulkan bahwa "anak-anak kecil yang secara signifikan mengalami keterbatasan respons dari pengasuhnya dapat memiliki berbagai konsekuensi kesehatan fisik dan mental merugikan, yang sebenarnya menghasilkan gangguan perkembangan yang lebih luas dibandingkan kekerasan fisik yang terang-terangan."

Meskipun terkadang perlu, tetapi menjangkau model panti asuhan terlalu cepat dapat berbahaya. Bagaimana kita melakukan hal yang lebih baik?

Menuju Pengasuhan Berbasis Keluarga

Bukannya orang Kristen tidak memiliki tahu tentang masalah-masalah yang ada dalam pengasuhan anak secara intitusional.

Barna menemukan bahwa 96% orang Kristen Amerika percaya bahwa lingkungan keluarga sangat penting untuk kesejahteraan anak, 81% percaya bahwa mengakhiri kebutuhan akan panti asuhan adalah tujuan yang patut diperjuangkan, dan 72% merasa terinspirasi untuk membuat perubahan ke arah pengasuhan keluarga daripada pengasuhan di panti asuhan bagi anak-anak yang mereka dukung.

"Idealnya, bentuk-bentuk pengasuhan alternatif untuk anak mencakup spektrum yang mampu menangani berbagai kebutuhan unik -- mulai dari penempatan bersama kerabat (jika anak masih memiliki kerabat yang cukup sehat dan ramah) hingga pengasuhan dan adopsi dan (kadang-kadang) rumah-rumah kelompok," kata Presiden Christian Alliance for Orphans, Jedd Medefind.

Jawabannya bukanlah menutup semua rumah kelompok, yang mungkin diperlukan bagi mereka yang paling rentan. Namun, menambah dukungan untuk berbagai cara lain di mana seorang anak dapat dimasukkan ke dalam komunitas.

Ditambah lagi, hal itu juga mengakui bahwa di bawahnya ada sejumlah masalah lain, mulai dari penindasan sistemik hingga kemiskinan materi dari generasi ke generasi. Dukungan-dukungan yang diberikan untuk memperkuat rumah tangga dan masyarakat secara ekonomi -- seperti pendekatan yang berpusat pada gereja untuk keuangan mikro -- dapat sangat membantu dalam mendukung inisiatif perawatan berbasis keluarga dan mencegah perpisahan keluarga.

Respons Sehat terhadap Kebutuhan Saat Ini

Pada saat-saat krisis seperti meningkatnya jumlah korban terdampak COVID pada anak-anak -- belum lagi situasi yang sedang berlangsung di Afghanistan, gempa bumi baru-baru ini di Haiti, dan bencana alam maupun buatan manusia di seluruh dunia -- keinginan naluriah kita untuk membantu adalah baik dan benar. Namun, mungkin kita harus memeriksa metode kita. Daripada terburu-buru membangun panti asuhan, kita harus bergegas untuk mendukung gereja-gereja lokal -- serta organisasi yang bermitra dengan mereka -- di daerah yang terdampak.

"Kita tahu (bahwa) ketika keluarga didukung selama masa tragis ini, mereka dapat memberikan kasih dan pengasuhan yang dibutuhkan seorang anak untuk bertumbuh," kata Oswald. "Gereja adalah tempat terbaik untuk menanggapi kebutuhan anak-anak ini, karena gereja menjalankan visi yang kita lihat dalam Kitab Suci tentang maksud Allah bagi keluarga, dan memastikan bahwa seorang anak tidak perlu ditempatkan di panti asuhan."

"Kali ini -- tidak seperti keadaan darurat sebelumnya -- kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki keadaan, karena kita tahu apa saja yang dapat berhasil," kata Karmen Friesen, koordinator utama World Without Orphans. "Dan, di seluruh dunia, gerejalah yang ditempatkan secara ideal untuk memberikan dukungan menyeluruh yang sangat dibutuhkan keluarga dalam krisis." (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://thegospelcoalition.org/article/best-help-covid-orphans
Judul asli artikel : How to Best Help COVID Orphans
Penulis artikel : Justin Lonas